a. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.
b. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada-Nya.
c. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.
d. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.
e. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.
f. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.
Jumat, 19 Maret 2010
Paradigma Gerakan KAMMI
1. KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid
a. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.
b. Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruh nahi munkar)
2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
a. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal
b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal
c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.
3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
a. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.
4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
a. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.
b. Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c. Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruh nahi munkar)
2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
a. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal
b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal
c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.
3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
a. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.
4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
Prinsip Gerakan KAMMI
a. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
b. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
c. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
d. Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
e. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
f. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
b. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
c. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
d. Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
e. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
f. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Visi dan Misi Gerakan KAMMI
Visi KAMMI
KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia.
Misi KAMMI
a. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
b. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.
c. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
d. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.
e. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).
KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia.
Misi KAMMI
a. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
b. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.
c. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
d. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.
e. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).
Sabtu, 13 Maret 2010
Antara Kata dan Perbuatan
Tidak disangsikan lagi bahwa adanya perbedaan antara kata dan realita adalah salah satu hal yang sangat berbahaya. Itulah sebab datangnya murka Allah sebagaimana firman-Nya surat Shaff ayat 2 dan 3.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”(QS. Al-Baqarah: 44)
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.’” (HR Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan para penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)
Dalil-dalil di atas menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.
Oleh karena itu, Ibnu Qudamah mengatakan, “Ketika berkhutbah seorang khatib dianjurkan untuk turut meresapi apa yang dia nasihatkan kepada banyak orang.” (Al-Mughni, 3/180)
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)
Jundub bin Abdillah Al-Bajali mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang lain namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih, 1/195)
Bahkan sebagian ulama memvonis gila orang yang pandai berkata namun tidak mempraktekkannya karena Allah berfirman, “Tidakkah mereka berakal?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Sungguh tepat syair yang disampaikan oleh manshur al-Fakih, “Sungguh ada orang yang menyuruh kami untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, sungguh orang-orang gila. Dan sungguh mereka tidaklah berterus terang.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Berikut ini, beberapa perkataan salafus shalih berkaitan dengan masalah ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih :
1. Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
2. Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang dikenakan.
3. Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
4. Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
5. Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
6. Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
Tidak diragukan lagi bahwa permisalan orang yang beramar makruf nahi mungkar adalah seperti dokter yang mengobati orang lain. Satu hal yang memalukan ketika seorang dokter bisa menyebutkan obat yang tepat untuk pasiennya demikian pula tindakan preventif untuk mencegah penyakit pasiennya kemudian ternyata dia sendiri tidak menjalankannya. Berdasarkan keterangan yang lewat, jelas sudah betapa bahaya hal ini, karenanya menjadi kewajiban setiap da’i dan muballigh untuk memperhatikannya. Karena jika obyek dakwah mengetahui hal ini maka mereka akan mengejek sang pendakwah. Belum lagi hukuman di akhirat nanti dan betapa besar dosa yang akan dipikul nanti.
Sebagian orang tidak mau melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar karena merasa belum melakukan yang makruf dan masih melanggar yang mungkar. Orang tersebut khawatir termasuk orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan.
Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Untuk mengompromikan dua hal ini, Imam Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya yang tidak tercela itu berlaku untuk orang yang ketaatannya lebih dominan sedangkan kemaksiatannya jarang-jarang. Di samping itu, maksiat tersebut pun sudah ditutup dengan taubat. Sedangkan orang yang dicela adalah orang yang maksiatnya lebih dominan dan ketaatannya jarang-jarang.” (Al-Jami’ Li Syuabil Iman, 13/256)
Sedangkan Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”(QS. Al-Baqarah: 44)
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.’” (HR Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan para penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)
Dalil-dalil di atas menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.
Oleh karena itu, Ibnu Qudamah mengatakan, “Ketika berkhutbah seorang khatib dianjurkan untuk turut meresapi apa yang dia nasihatkan kepada banyak orang.” (Al-Mughni, 3/180)
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)
Jundub bin Abdillah Al-Bajali mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang lain namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih, 1/195)
Bahkan sebagian ulama memvonis gila orang yang pandai berkata namun tidak mempraktekkannya karena Allah berfirman, “Tidakkah mereka berakal?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Sungguh tepat syair yang disampaikan oleh manshur al-Fakih, “Sungguh ada orang yang menyuruh kami untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, sungguh orang-orang gila. Dan sungguh mereka tidaklah berterus terang.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Berikut ini, beberapa perkataan salafus shalih berkaitan dengan masalah ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih :
1. Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
2. Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang dikenakan.
3. Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
4. Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
5. Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
6. Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
Tidak diragukan lagi bahwa permisalan orang yang beramar makruf nahi mungkar adalah seperti dokter yang mengobati orang lain. Satu hal yang memalukan ketika seorang dokter bisa menyebutkan obat yang tepat untuk pasiennya demikian pula tindakan preventif untuk mencegah penyakit pasiennya kemudian ternyata dia sendiri tidak menjalankannya. Berdasarkan keterangan yang lewat, jelas sudah betapa bahaya hal ini, karenanya menjadi kewajiban setiap da’i dan muballigh untuk memperhatikannya. Karena jika obyek dakwah mengetahui hal ini maka mereka akan mengejek sang pendakwah. Belum lagi hukuman di akhirat nanti dan betapa besar dosa yang akan dipikul nanti.
Sebagian orang tidak mau melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar karena merasa belum melakukan yang makruf dan masih melanggar yang mungkar. Orang tersebut khawatir termasuk orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan.
Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Untuk mengompromikan dua hal ini, Imam Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya yang tidak tercela itu berlaku untuk orang yang ketaatannya lebih dominan sedangkan kemaksiatannya jarang-jarang. Di samping itu, maksiat tersebut pun sudah ditutup dengan taubat. Sedangkan orang yang dicela adalah orang yang maksiatnya lebih dominan dan ketaatannya jarang-jarang.” (Al-Jami’ Li Syuabil Iman, 13/256)
Sedangkan Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)
Label:
agama
Sebab Lemahnya Kaum Muslimin
Kaum muslimin, yang semoga dirahmati Allah. Keadaan umat Islam saat ini begitu memprihatinkan. Di hadapan musuh-musuh mereka, umat ini terus mengalami kekalahan, ketertinggalan dan penindasan. Negeri-negeri kaum muslimin dirampas begitu saja oleh musuh-musuh mereka. Dalam tubuh umat islam sendiri, mereka saling berselisih dan berpecah belah. Apa sebab lemahnya kaum muslimin saat ini dan bagaimana pemecahan masalah tersebut?
Tulisan di bawah ini akan memberikan penjelasan tentang sebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam saat ini yang disarikan (dengan sedikit tambahan) dari tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Baz -seorang ulama besar/mufti di Saudi Arabia- yang berjudul Asbabu Dho’fil Muslimin Amama ‘Aduwwihim Wal ‘Ilaaju Lidzalik. Semoga Allah merahmati beliau dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi umat untuk memperbaiki keadaan mereka saat ini.
Penyakit yang Menimpa Umat Islam Saat Ini
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Perlu diketahui bahwa sebab kelemahan, ketertinggalan, dan kekalahan kaum muslimin saat ini di hadapan musuh mereka, semuanya kembali pada satu sebab yang akan bercabang ke sebab yang lain. Sebab utama tersebut adalahkebodohan yaitu jahil (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya dan berbagai hukum syar’i. Ilmu agama semacam ini telah banyak ditinggalkan oleh umat saat ini. Ilmu ini sangat sedikit dipelajari, sedangkan kebodohan malah semakin merajalela.
Kebodohan merupakan penyakit yang mematikan, dapat mematikan hati dan perasaan, juga melemahkan anggota badan dan kekuatan. Pengidap penyakit ini bagaikan hewan ternak, hanya menyukai syahwat, farji (kemaluan) dan perut. Kebodohan sungguh telah melemahkan hati, perasaan, dan keyakinan kaum muslimin dan akan menjalar ke anggota tubuh mereka yang lain yang membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka (Yahudi dan Nashrani).
Mengapa Penyakit Utama Lemahnya Kaum Muslimin adalah Kebodohan?!
Yang menunjukkan bahwa sebab terbesar adalah jahl (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya, dan syari’at-Nya -yang seharusnya seseorang berpegang teguh dan mengilmui tiga hal tersebut- yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan memahamkannya dalam perkara agama.” (HR. Bukhari & Muslim).
Maka dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, menunjukkan bahwa di antara tanda Allah akan memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi individu, bangsa, negara yaitu Allah akan memahamkan mereka ilmu din (agama). Berarti dengan memahami agama ini dengan mengenal Allah, Rasul-Nya, dan Syari’at-Nya, individu maupun bangsa akan diberikan oleh Allah berbagai bentuk kebaikan. Dan bodoh tentang hal ini akan membuat kaum muslimin jauh dari kebaikan, sehingga membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka.
Di samping itu al-Qur’an juga mencela kebodohan dan orang-orang yang bodoh dan memerintahkan mewaspadainya. Seperti dalam firman Allah ta’ala yang artinya, “Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al An’am: 111). Juga firman Allah yang artinya, “Dan kebanyakan mereka tidak mengerti” (QS. Al Ma’idah: 103)
Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati
Sebab lain yang menyebabkan kaum muslimin lemah dan tertinggal dari musuh-musuh mereka adalah cinta dunia dan takut mati. Sebab ini muncul karena sebab utama di atas yaitu bodoh terhadap agama Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring“. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‘Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ‘wahn’?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (Shohih, HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dalam hadits ini terlihat bahwa penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) akan menimpa dan berada dalam hati-hati mereka. Mereka tidak mampu untuk menggapai kedudukan yang mulia dan tidak mampu pula untuk berjihad fii sabilillah serta menegakkan kalimat Allah. Hal ini disebabkan kecintaan mereka pada dunia dan kesenangan di dalamnya seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan selainnya. Mereka begitu bersemangat mendapatkan kesenangan seperti ini dan takut kehilangannya, sehingga mereka meninggalkan jihad fii sabilillah. Begitu juga mereka menjadi bahil (kikir) sehingga mereka enggan untuk membelanjakan harta mereka kecuali untuk mendapatkan berbagai kesenangan di atas.
Penyakit wahn ini telah merasuk dalam hati kaum muslimin kecuali bagi yang Allah kehendaki dan ini jumlahnya sedikit sekali. Kaum muslimin secara umum telah menjadi lemah di hadapan musuh mereka. Rasa takut telah hilang dari hati musuh mereka sehingga mereka tidak merasa takut dan khawatir terhadap kaum muslim karena mereka telah mengetahui kelemahan kaum muslimin saat ini. Semua hal ini terjadi disebabkan kebodohan yang menyebabkan rasa tamak kaum muslimin pada dunia sehingga kaum kafir (musuh kaum muslimin) menggerogoti mereka dari segala penjuru walaupun jumlah mereka banyak tetapi jumlah ini hanya bagaikan sampah-sampah yang dibawa air hujan yang tidak bernilai apa-apa.
Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridha Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musuh mereka sebagaimana yang Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. (QS. Al Anfaal: 60). Allah memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak memerintahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya dengan musuh mereka.
Tolonglah Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalamrangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh). Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7). Dan Allah tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara mereka dengan kejelekan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang, jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’alaberfirman yang artinya, “Demikianlah apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain.” (QS. Muhammad: 4)
Tatkala perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah 310-an. Persenjataan dan tunggangan pun sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 126). Pertolongan tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah berikan.
Menolong Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Shalih
Menolong agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.” (QS. Al Hajj: 40-41)
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah dengan menaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk menaati Allah dan Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk melakukan berbagai bentuk amal shalih yaitu menegakkan shalat, menunaikan zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah, Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri (penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
***
Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
Tulisan di bawah ini akan memberikan penjelasan tentang sebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam saat ini yang disarikan (dengan sedikit tambahan) dari tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Baz -seorang ulama besar/mufti di Saudi Arabia- yang berjudul Asbabu Dho’fil Muslimin Amama ‘Aduwwihim Wal ‘Ilaaju Lidzalik. Semoga Allah merahmati beliau dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi umat untuk memperbaiki keadaan mereka saat ini.
Penyakit yang Menimpa Umat Islam Saat Ini
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Perlu diketahui bahwa sebab kelemahan, ketertinggalan, dan kekalahan kaum muslimin saat ini di hadapan musuh mereka, semuanya kembali pada satu sebab yang akan bercabang ke sebab yang lain. Sebab utama tersebut adalahkebodohan yaitu jahil (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya dan berbagai hukum syar’i. Ilmu agama semacam ini telah banyak ditinggalkan oleh umat saat ini. Ilmu ini sangat sedikit dipelajari, sedangkan kebodohan malah semakin merajalela.
Kebodohan merupakan penyakit yang mematikan, dapat mematikan hati dan perasaan, juga melemahkan anggota badan dan kekuatan. Pengidap penyakit ini bagaikan hewan ternak, hanya menyukai syahwat, farji (kemaluan) dan perut. Kebodohan sungguh telah melemahkan hati, perasaan, dan keyakinan kaum muslimin dan akan menjalar ke anggota tubuh mereka yang lain yang membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka (Yahudi dan Nashrani).
Mengapa Penyakit Utama Lemahnya Kaum Muslimin adalah Kebodohan?!
Yang menunjukkan bahwa sebab terbesar adalah jahl (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya, dan syari’at-Nya -yang seharusnya seseorang berpegang teguh dan mengilmui tiga hal tersebut- yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan memahamkannya dalam perkara agama.” (HR. Bukhari & Muslim).
Maka dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, menunjukkan bahwa di antara tanda Allah akan memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi individu, bangsa, negara yaitu Allah akan memahamkan mereka ilmu din (agama). Berarti dengan memahami agama ini dengan mengenal Allah, Rasul-Nya, dan Syari’at-Nya, individu maupun bangsa akan diberikan oleh Allah berbagai bentuk kebaikan. Dan bodoh tentang hal ini akan membuat kaum muslimin jauh dari kebaikan, sehingga membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka.
Di samping itu al-Qur’an juga mencela kebodohan dan orang-orang yang bodoh dan memerintahkan mewaspadainya. Seperti dalam firman Allah ta’ala yang artinya, “Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al An’am: 111). Juga firman Allah yang artinya, “Dan kebanyakan mereka tidak mengerti” (QS. Al Ma’idah: 103)
Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati
Sebab lain yang menyebabkan kaum muslimin lemah dan tertinggal dari musuh-musuh mereka adalah cinta dunia dan takut mati. Sebab ini muncul karena sebab utama di atas yaitu bodoh terhadap agama Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring“. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‘Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ‘wahn’?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (Shohih, HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dalam hadits ini terlihat bahwa penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) akan menimpa dan berada dalam hati-hati mereka. Mereka tidak mampu untuk menggapai kedudukan yang mulia dan tidak mampu pula untuk berjihad fii sabilillah serta menegakkan kalimat Allah. Hal ini disebabkan kecintaan mereka pada dunia dan kesenangan di dalamnya seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan selainnya. Mereka begitu bersemangat mendapatkan kesenangan seperti ini dan takut kehilangannya, sehingga mereka meninggalkan jihad fii sabilillah. Begitu juga mereka menjadi bahil (kikir) sehingga mereka enggan untuk membelanjakan harta mereka kecuali untuk mendapatkan berbagai kesenangan di atas.
Penyakit wahn ini telah merasuk dalam hati kaum muslimin kecuali bagi yang Allah kehendaki dan ini jumlahnya sedikit sekali. Kaum muslimin secara umum telah menjadi lemah di hadapan musuh mereka. Rasa takut telah hilang dari hati musuh mereka sehingga mereka tidak merasa takut dan khawatir terhadap kaum muslim karena mereka telah mengetahui kelemahan kaum muslimin saat ini. Semua hal ini terjadi disebabkan kebodohan yang menyebabkan rasa tamak kaum muslimin pada dunia sehingga kaum kafir (musuh kaum muslimin) menggerogoti mereka dari segala penjuru walaupun jumlah mereka banyak tetapi jumlah ini hanya bagaikan sampah-sampah yang dibawa air hujan yang tidak bernilai apa-apa.
Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridha Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musuh mereka sebagaimana yang Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. (QS. Al Anfaal: 60). Allah memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak memerintahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya dengan musuh mereka.
Tolonglah Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalamrangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh). Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7). Dan Allah tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara mereka dengan kejelekan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang, jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’alaberfirman yang artinya, “Demikianlah apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain.” (QS. Muhammad: 4)
Tatkala perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah 310-an. Persenjataan dan tunggangan pun sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 126). Pertolongan tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah berikan.
Menolong Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Shalih
Menolong agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.” (QS. Al Hajj: 40-41)
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah dengan menaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk menaati Allah dan Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk melakukan berbagai bentuk amal shalih yaitu menegakkan shalat, menunaikan zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah, Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri (penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
***
Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
Label:
agama
Kisah Cinta Yang Menakjubkan
Di dalam Gua Tsur Rasululloh saw dan Abu Bakar ra bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy. Rasa lelah mengharuskan mereka beristirahat. Dan Abu bakar pun mempersilahkan kedua pahanya untuk dijadikan bantalan kepala Rasulullah. Keadaan begitu hening saat keduanya melepas lelah. Rasulullah saw memejamkan matanya sementara Abu Bakar ra mengawasi. Dalam penggalan waktu istirahat mereka, Abu Bakar yang terjaga melihat ular mendekati tempat mereka berdua. Keringat dingin mengucur dari dahinya saat ular itu semakin mendekati kakinya. Hingga akhirnya sang ular menusukan taring tajamnya pada salah satu kaki Abu Bakar ra. Abu bakar berusaha menahan sakit dengan tidak menggerakan tubuhnya. Matanya berderai merasakan betapa sakit luka yang di derita. Hingga Rasululloh terbangun dan terkejut melihat keadaan sahabatnya. Sambil menahan rasa sakit bertuturlah Abu Bakar tentang peristiwa yang menimpanya. Kemudian Rasululloh berkata “Mengapa engkau tidak menghindarinya?” Sambil menahan rasa sakit Abu Bakar ra menjawab “Jika aku menggerakan kakiku, aku takut mengganggu istirahat engkau ya Rasulullah.”
Itulah sepenggal kisah cinta dua orang kekasih Allah. Pengorbanan Abu bakar ra adalah buah dari ketulusan cinta kepada Rasulullah saw. Dan memang seperti itulah seharusnya cinta, ia adalah manifestasi pengorbanan dari sang pecinta kepada yang dicintainya. Pengorbanan menjadi salah satu tolak ukur kedalaman cinta seseorang. Sementara tingkatan tertingginya adalah saat sang pencinta mengorbankan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya demi kebahagiaan orang yang dicintai.
Ibrahim as mematuhi perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail as karena cinta, walau saat penyembelihan Allah mengganti dengan seekor domba. Abdurahman Bin Auf mendermakan seluruh hartanya karena cinta, Ali Bin Abi Thalib menggantikan tidur Nabi saat hijrah karena cinta. Khansa menyuruh ketiga putranya berjihad di medan perang karena cinta. Para sahabat Rasulullah berperang demi tegaknya keadilan Islam dengan menggadaikan harta dan jiwa mereka karena cinta. Cinta suci nan hakiki yakni Cinta untuk yang menciptakan cinta, Allah swt. Tak ada parameter yang paling akurat menilai seberapa dalam cinta seseorang kecuali pengorbanan.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),( QS.Al Ahzab :23 )
Begitu pula cinta kita kepada manusia, kepada orang tua, pasangan hidup, anak-anak, sahabat dan lainnya. Kebahagiaan bagi pecinta sejati adalah saat ia mampu mempersembahkan kebahagiaan bagi orang yang dicintainya walaupun terkadang harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga yang ia miliki.
Seorang ibu yang sering kali tak peduli dengan keadaan dirinya asalkan anaknya bahagia adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta. Seorang ayah bersusah payah bekerja menafkahi keluarganya adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta
Cinta dan pengorbanan adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama lainnya, sayap bagi sang burung untuk menjelajahi cakrawala, angin yang menerbangkan serbuk sari pada sang bunga, embun yang menghadiahi pagi dengan kesegarannya dan ruh bagi raga yang dicipta-Nya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan. Seperti Rasulullah kepada Tuhannya.
Itulah sepenggal kisah cinta dua orang kekasih Allah. Pengorbanan Abu bakar ra adalah buah dari ketulusan cinta kepada Rasulullah saw. Dan memang seperti itulah seharusnya cinta, ia adalah manifestasi pengorbanan dari sang pecinta kepada yang dicintainya. Pengorbanan menjadi salah satu tolak ukur kedalaman cinta seseorang. Sementara tingkatan tertingginya adalah saat sang pencinta mengorbankan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya demi kebahagiaan orang yang dicintai.
Ibrahim as mematuhi perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail as karena cinta, walau saat penyembelihan Allah mengganti dengan seekor domba. Abdurahman Bin Auf mendermakan seluruh hartanya karena cinta, Ali Bin Abi Thalib menggantikan tidur Nabi saat hijrah karena cinta. Khansa menyuruh ketiga putranya berjihad di medan perang karena cinta. Para sahabat Rasulullah berperang demi tegaknya keadilan Islam dengan menggadaikan harta dan jiwa mereka karena cinta. Cinta suci nan hakiki yakni Cinta untuk yang menciptakan cinta, Allah swt. Tak ada parameter yang paling akurat menilai seberapa dalam cinta seseorang kecuali pengorbanan.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),( QS.Al Ahzab :23 )
Begitu pula cinta kita kepada manusia, kepada orang tua, pasangan hidup, anak-anak, sahabat dan lainnya. Kebahagiaan bagi pecinta sejati adalah saat ia mampu mempersembahkan kebahagiaan bagi orang yang dicintainya walaupun terkadang harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga yang ia miliki.
Seorang ibu yang sering kali tak peduli dengan keadaan dirinya asalkan anaknya bahagia adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta. Seorang ayah bersusah payah bekerja menafkahi keluarganya adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta
Cinta dan pengorbanan adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama lainnya, sayap bagi sang burung untuk menjelajahi cakrawala, angin yang menerbangkan serbuk sari pada sang bunga, embun yang menghadiahi pagi dengan kesegarannya dan ruh bagi raga yang dicipta-Nya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan. Seperti Rasulullah kepada Tuhannya.
Label:
KISAH
DEPARTEMENT HUMAS
Nama Ketua : Arif Rahman
Staf : Ikhwan : Agus Jamaludin, Muhammad Diari, Medianto
Koordinator Akhwat : Siti Aminah
Program kerja Humas 2009/2010:
1. Publisher Forever
yaitu membuat buletin dan pamflet tujuannya untuk mewacanakan kammi dipolines
2. Forum kehumasan
3. Training Jurnalistik
Berupa pelatihan-pelatihan design pamflet atow buletin..
4. Halal bi hahal
5. Pengelolaan E-mail Milis dan Blog
6. Komunikasi EGM dan LSM lain
Staf : Ikhwan : Agus Jamaludin, Muhammad Diari, Medianto
Koordinator Akhwat : Siti Aminah
Program kerja Humas 2009/2010:
1. Publisher Forever
yaitu membuat buletin dan pamflet tujuannya untuk mewacanakan kammi dipolines
2. Forum kehumasan
3. Training Jurnalistik
Berupa pelatihan-pelatihan design pamflet atow buletin..
4. Halal bi hahal
5. Pengelolaan E-mail Milis dan Blog
6. Komunikasi EGM dan LSM lain
Di Balik Kegagalan Ada Kesuksesan
Oleh : Rahmat Hidayat Nasution, Lc
Beberapa minggu belakangan ini, nyaris seluruh pelajar di Indonesia disibukkan dengan persiapan ujian. Ada yang bersiap-siap menghadapi UAN dan ada pula yang bersiap-siap untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi, baik SPMB maupun tes masuk pascasarjana. Persiapan itu kerap menimbulkan beraneka kecemasan, dari takutnya tidak berhasil mencapai nilai atau lolos di universitas yang diidamkan hingga ketakutan tidak lulus seleksi sama sekali. Cemas adalah hal yang cukup wajar. Tapi jangan sampai merusak konsentrasi, apalagi jika membuat labil saat mendekati ujian.
Ujian yang dihadapi, sejatinya harus diberangi dengan mengingat kesuksesan yang sudah dicapai selama ini. Karena kenangan itu laik untuk membuat kita semakin optimis ‘menembus batas’ yang diharapkan. Sekalipun nanti hasilnya tidak lulus, tapi tetap saja itu adalah keberhasilan.
Keberhasilan adalah ragam kemampuan dalam menempuh ujian yang sedang dilalui. Keberhasilan adalah jenis ‘kemasan’ beberapa kemampuan yang dikumpulkan dan bukan jenis paket yang berdiri sendiri. Demikian juga kegagalan. Ia merupakan paket kemampuan yang tak dapat mencapai target yang ditetapkan. Maka, ketika mendapat kegagalan, sungguh tidak tepat jika kita terus dalam kondisi uring-uringan. Karena masih ada beberapa kesuksesan yang pernah kita capai, dan itu seharusnya tidak kita lupakan.
Benar, kita akan tetap merasakan kesal. Tapi ingat ada beberapa kesuksesan yang seharusnya juga dapat membuat kita tersenyum. Misalnya bagi mereka yang ikut tes masuk perguruan tinggi. Setelah pengumuman hasil ujian dipublikasikan, ternyata termasuk kategori calon mahasiswa yang tidak lulus. Apakah pantas meluapkan kekesalannya dengan uring-uringan? Apakah layak mengklaim ada ‘permainan orang dalam’ sehingga anda tidak lulus? Sungguh ironi, jika kita selalu suuzzhon saat menyikapi kenyataan yang ada. Selayaknya, kita tetap untuk terus melihat dan menata kembali seperti apa usaha yang kita lakukan saat ujian?
Karena, tak ada api kalau tidak ada kayu. Ya, pribahasa ini cukup tepat kita jadikan langkah yang cepat menyikapi hal yang tidak diinginkan. Bisa jadi, ketatnya persaingan dan banyaknya peminat menjadi salah satu penyebabnya. Mungkin kita merasa usaha kita selama ini sudah cukup. Kenyataanya, kemampuan yang kita miliki belum mencapai nilai rata-rata yang ditetapkan.
Dalam menyikapi peristiwa ini, sudah selayaknya kita merujuk bagaimana semangat Rasulullah Saw. dalam menyebarkan dakwah. Beliau bersaing dengan pembesar Quraisy yang selalu menghalang-halanginya dalam menyebarkan agama Islam. Apakah Rasulullah selalu berhasil? Beragam kegagalan pernah dirasakannya. Tapi, Rasulullah tak pernah mundur setapak pun. Gagalnya mengajak pamannya Abu Thalib untuk masuk Islam salah satu contohnya. Rasulullah tidak pernah uring-uringan menyesalkan hal itu. Ia tetap merasa sukses karena pamannya tidak membencinya sekalipun dia mengajaknya masuk Islam. Juga, keberhasilan besar yang dimilikinya adalah kemampuannya mengajak Khadijah, isterinya memeluk Islam.
Tiga belas tahun Rasulullah ditolak dan disakiti saat ia menyebarkan Islam, tapi Rasulullah tetap mengklaimnya sebagai keberhasilan. Karena dengan beberapa kali mengalami kegagalan Rasulullah mampu mengenal karakter-karakter mereka. Sehingga ketika ia hijrah dan menetap di Madinah, beliau berhasil membangun peradaban baru yang luar biasa dan akhirnya dengan sangat mudah ‘menduduki’ Mekkah kembali, karena telah mengenal karakteristik mereka. Setelah memiliki potensi yang maksimal, Rasulullah pun dapat dengan mudah menguasi Mekkah.
Jadi, demikianlah kita menyikapi kegagalan yang dihadapi. Dibalik kegagalan sebenarnya kita sudah menemukan beberapa kesuksesan. Hanya saja, kita lebih sering melihat hasil garis finish dari start. Padahal, tidak akan dapat mencapai finish kesuksesan tanpa melalui jalur start. Renungkalah ragam kehidupan kita, tidak ada yang mulus terus menerus menikmati kesuksesan. Karena Rasul Allah sendiri kerap menemukan kegagalan. Hanya dengan senantiasa memahami makna yang tersirat di dalam surat al-Mulk: 2, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, “ kita akan dapat menata diri untuk meraih kesuksesan.
Ayat di atas mensinyalir, bahwa kita selalu menemukan kehidupan dan kematian atau menemukan kesuksesan dan kegagalan. Semua itu adalah ujian untuk dapat membedakan siapa amalnya yang paling baik. Jika berhasil mendapatkan kesukesan atau amal yang paling baik, maka itu bukti keperkasaan Allah Swt. Bila gagal, itu merupakan saat untuk kembali mencoba lagi. Bukankah Allah Tuhan yang Maha Pengampun. Karena itu, tidak ada kegagalan jika terus berusaha dan berdoa agar bisa meraih kesuksesan.
Beberapa minggu belakangan ini, nyaris seluruh pelajar di Indonesia disibukkan dengan persiapan ujian. Ada yang bersiap-siap menghadapi UAN dan ada pula yang bersiap-siap untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi, baik SPMB maupun tes masuk pascasarjana. Persiapan itu kerap menimbulkan beraneka kecemasan, dari takutnya tidak berhasil mencapai nilai atau lolos di universitas yang diidamkan hingga ketakutan tidak lulus seleksi sama sekali. Cemas adalah hal yang cukup wajar. Tapi jangan sampai merusak konsentrasi, apalagi jika membuat labil saat mendekati ujian.
Ujian yang dihadapi, sejatinya harus diberangi dengan mengingat kesuksesan yang sudah dicapai selama ini. Karena kenangan itu laik untuk membuat kita semakin optimis ‘menembus batas’ yang diharapkan. Sekalipun nanti hasilnya tidak lulus, tapi tetap saja itu adalah keberhasilan.
Keberhasilan adalah ragam kemampuan dalam menempuh ujian yang sedang dilalui. Keberhasilan adalah jenis ‘kemasan’ beberapa kemampuan yang dikumpulkan dan bukan jenis paket yang berdiri sendiri. Demikian juga kegagalan. Ia merupakan paket kemampuan yang tak dapat mencapai target yang ditetapkan. Maka, ketika mendapat kegagalan, sungguh tidak tepat jika kita terus dalam kondisi uring-uringan. Karena masih ada beberapa kesuksesan yang pernah kita capai, dan itu seharusnya tidak kita lupakan.
Benar, kita akan tetap merasakan kesal. Tapi ingat ada beberapa kesuksesan yang seharusnya juga dapat membuat kita tersenyum. Misalnya bagi mereka yang ikut tes masuk perguruan tinggi. Setelah pengumuman hasil ujian dipublikasikan, ternyata termasuk kategori calon mahasiswa yang tidak lulus. Apakah pantas meluapkan kekesalannya dengan uring-uringan? Apakah layak mengklaim ada ‘permainan orang dalam’ sehingga anda tidak lulus? Sungguh ironi, jika kita selalu suuzzhon saat menyikapi kenyataan yang ada. Selayaknya, kita tetap untuk terus melihat dan menata kembali seperti apa usaha yang kita lakukan saat ujian?
Karena, tak ada api kalau tidak ada kayu. Ya, pribahasa ini cukup tepat kita jadikan langkah yang cepat menyikapi hal yang tidak diinginkan. Bisa jadi, ketatnya persaingan dan banyaknya peminat menjadi salah satu penyebabnya. Mungkin kita merasa usaha kita selama ini sudah cukup. Kenyataanya, kemampuan yang kita miliki belum mencapai nilai rata-rata yang ditetapkan.
Dalam menyikapi peristiwa ini, sudah selayaknya kita merujuk bagaimana semangat Rasulullah Saw. dalam menyebarkan dakwah. Beliau bersaing dengan pembesar Quraisy yang selalu menghalang-halanginya dalam menyebarkan agama Islam. Apakah Rasulullah selalu berhasil? Beragam kegagalan pernah dirasakannya. Tapi, Rasulullah tak pernah mundur setapak pun. Gagalnya mengajak pamannya Abu Thalib untuk masuk Islam salah satu contohnya. Rasulullah tidak pernah uring-uringan menyesalkan hal itu. Ia tetap merasa sukses karena pamannya tidak membencinya sekalipun dia mengajaknya masuk Islam. Juga, keberhasilan besar yang dimilikinya adalah kemampuannya mengajak Khadijah, isterinya memeluk Islam.
Tiga belas tahun Rasulullah ditolak dan disakiti saat ia menyebarkan Islam, tapi Rasulullah tetap mengklaimnya sebagai keberhasilan. Karena dengan beberapa kali mengalami kegagalan Rasulullah mampu mengenal karakter-karakter mereka. Sehingga ketika ia hijrah dan menetap di Madinah, beliau berhasil membangun peradaban baru yang luar biasa dan akhirnya dengan sangat mudah ‘menduduki’ Mekkah kembali, karena telah mengenal karakteristik mereka. Setelah memiliki potensi yang maksimal, Rasulullah pun dapat dengan mudah menguasi Mekkah.
Jadi, demikianlah kita menyikapi kegagalan yang dihadapi. Dibalik kegagalan sebenarnya kita sudah menemukan beberapa kesuksesan. Hanya saja, kita lebih sering melihat hasil garis finish dari start. Padahal, tidak akan dapat mencapai finish kesuksesan tanpa melalui jalur start. Renungkalah ragam kehidupan kita, tidak ada yang mulus terus menerus menikmati kesuksesan. Karena Rasul Allah sendiri kerap menemukan kegagalan. Hanya dengan senantiasa memahami makna yang tersirat di dalam surat al-Mulk: 2, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, “ kita akan dapat menata diri untuk meraih kesuksesan.
Ayat di atas mensinyalir, bahwa kita selalu menemukan kehidupan dan kematian atau menemukan kesuksesan dan kegagalan. Semua itu adalah ujian untuk dapat membedakan siapa amalnya yang paling baik. Jika berhasil mendapatkan kesukesan atau amal yang paling baik, maka itu bukti keperkasaan Allah Swt. Bila gagal, itu merupakan saat untuk kembali mencoba lagi. Bukankah Allah Tuhan yang Maha Pengampun. Karena itu, tidak ada kegagalan jika terus berusaha dan berdoa agar bisa meraih kesuksesan.
Label:
motivasi
6 HAK SEORANG MUSLIM DARI MUSLIM LAINNYA
Islam datang untuk mempersatukan hati dengan hati, menyusun barisan
dengan tujuan menegakkan bangunan yang tunggal dan menghindari factorfaktor
yang dapat menimbulkan perpecahan, kelemahan, sebab-sebab
kegagalan dan kekalahan. Sehingga mereka yang bersatu itu memiliki
kemampuan untuk merealisasi tujuan luhur dan niat sucinya*
1. Apabila engkau menjumpainya engkau berikan salam kepadanya.
2. Apabila iamengundangmu engkau memperkenankan undangannya.
3. Apabila ia meminta nasehat, engkau menasehatinya.
4. Apabila ia bersin dan memuji Allah, hendaklah engkau
mentasymitkannya (berdoa untuknya).
5. Apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya.
6. Apabila ia mati hendaklah engkau antarkan jenazahnya. (HR.Muslim
dan Tirmizi).
Mengucapkan Salam
Islam datang untuk mempersatukan hati dengan hati, menyusun barisan
dengan tujuan menegakkan bangunan yang tunggal dan menghindari factorfaktor
yang dapat menimbulkan perpecahan, kelemahan, sebab-sebab
kegagalan dan kekalahan. Sehingga mereka yang bersatu itu memiliki
kemampuan untuk merealisasi tujuan luhur dan niat sucinya . Oleh karena
itu awal pertemuan dengan sesama muslim agar hati mereka terikat satu
dengan yang lainnya hingga timbulnya rasa saling menyinta dimulai dengan
mengucapkan dan menyebarkan salam : Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuhu.
Sabda Rasulullah SAW:
"Demi Dzat yang diriku dalam genggamanNya, mereka tidak masuk surga
sehingga mereka beriman, dan mereka tidak beriman sehingga mereka
saling menyinta. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu
mengerjakannya kamu saling menyinta? Sebarkan salam di kalangan kamu."
Salam yang merupakan alat penghormatan kaum muslimin lebih
menegaskan bahwa agama mereka adalah agama damai dan aman, serta
mereka adalah penganut salam (perdamaian) dan pencinta damai. Dalam
hadis Rasulullah saw bersabda :
?Sesungguhnya Allah menjadikan salam sebagai penghormatan bagi umat
kami dan jaminan keamanan untuk kaum zimmah kami.?
Dan seseorang tidak layak memulai pembicaraan kepada sesamanya
sebelum ia memulainya dengan ucapan salam, karena salam adalah
ungkapan rasa aman dan tidak ada pembicaraan sebelum adanya rasa aman.
Rasulullah saw bersabda :
?Ucapkan salam sebelum memulai berbicara.?
Memenuhi Undangan
Seorang muslim yang mengundang saudaranya, maka ia berhak didatangi,
oleh karena itu kewajiban yang diundang adalah mendatangi undangan
tersebut sebagai mana sabda Rasulullah saw :
"Penuhilah undangan ini jika kamu diundang."
Undangan yang diberikan dari sesama muslim menunjukkan penghormatan
dan perhatian yang besar kepada saudaranya yang diundang tersebut
sehingga bagi yang tidak memenuhi undangan tentu saja menyebabkan
kekecewaan. Mengabaikan undangan disamakan dengan pembangkangan
kepada Allah dan Rasul, begitu juga sebaliknya saat seseorang yang datang
tanpa diundang diumpamakan seperti pencuri, karena kedatangannya tidak
diinginkan oleh yang mengundang seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
:
"Barangsiapa diundang kemudian dia tidak memenuhi undangan tersebut,
maka ia telah membangkang pada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa
masuk tanpa diundang, maka ia masuk sebagai pencuri."
Memberi Nasehat
Memberi nasehat kepada sudara muslim yang memintanya hendaklah
dipenuhi. Karena nasehat ini dapat mendorong saudaranya kearah kebaikan.
Nasehat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh sehingga dapat masuk
kedalam relung hati yang terbuka untuk menerimanya. Bagi yang
menasehati saudaranya, hendaknya ia mengerjakan apa yang diucapkan,
mengamalkan apa yang dinasehatkan, sebab nasehat yang tidak diamalkan
dan tidak dijiwai tidak akan berbekas pada jiwa yang dinasehati. Dan
sesungguhnya agama ini adalah nasehat sebagaimana sabda Rasulullah saw
:
?Agama itu nasehat? Kami bertanya kepada beliau, ?Nasehat kepada siapa
?? Beliau menjawab : ?Terhadap Allah, Quran, RasulNya, pemimpinpemimpin
dan seluruh kaum Muslimin?.
Mendoakannya ketika bersin
Mendoakan saudara yang bersin merupakan wujud perhatian dan kasih
sayang terhadap saudaranya, sebab tatkala saudaranya itu bersin dan
mengucapkan pujian kepada penciptanya : ?Alhamdulillah?, serta merta ia
yang mendengarkannya menanggapi dengan mengucapkan ?Yarhamukallah?
(Semoga Allah memberimu Rahmat), ia merupakan ucapan simpati dan doa
atas kondisi saudaranya yang senantiasa memuji Allah dalam setiap keadaan
khususnya saat ia bersin. Maka mendoakan dengan Rahmat layak diberikan
pada saudaranya yang telah memuji Allah tersebut. Saat mendapatkan doa
Rahmat, maka saudaranya itu hendaknya juga membalas doa bagi yang
telah mendoakannya dengan mengucapkan : Yahdini wayahdikumullah wa
yuslih balakum? (Semoga Allah memberiku dan engkau petunjuk dan
semoga Allah memperbaiki keadaanmu).
Doa tersebut cerminan telah terjalinnya ikatan hati antara sesama muslim
yang senantiasa menghendaki kebaikan bagi saudaranya.
Menjenguknya ketika sakit
Merupakan kewajiban umat Islam untuk mengunjungi saudaranya yang
sakit. Hal ini dapat meringankan beban derita sisakit yang merana sendirian
dan merasa terasing. Kedatangannya hendaknya dapat meringankan beban
sisakit dan dapat menghiburnya.
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
?Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat : ?Wahai bani Adam, Aku
sakit dan kamu tidak menjengukKu. ?Ia berkata : ?Wahai Rabbku,
bagaimana bisa aku menjengukMu sedang Engkau adalah Tuhan sekalian
Alam ?? Allah menjawab ?Tidakkah kamu mengetahui bahwa seorang
hambaKu fulan sakit dan kamu tidak menjenguknya ? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa andaikata kamu menjenguknya, kamu mendapatiKu di
sisinya ? (HR.Muslim).
Rasulullah saw memberikan motivasi kepada umatnya agar menjenguk orang
sakit dengan menempatkannya di antara buah-buahan surga, sabda
Rasulullah saw :
Sesungguhnya seorang muslim apabila menjenguk saudaranya sesama
muslim, maka ia tetap berada di antara buah-buahan surga yang siap
dipetik, sampai akhirnya ia kembali (HR.Muslim).
Sangat indah sekali ajaran Islam, setiap kebaikan yang dilakukan untuk
orang lain tidak luput balasannya di sisi Allah swt.
Mengiringi jenazahnya
Persaudaraan sejati tidak sebatas pada alam dunia saja, saat ajal
menjemput, saudaranya ikut berta?ziyah dan mengiringi jenazahnya dan
menyaksikan jasad saudaranya dimasukkan kedalam liang lahat, iringan
terakhir di dunia dan kelak akan berjumpa di surganya Insya Allah.
Allah swt bahkan akan memberikan pakaian kehormatan bagi mu?min yang
berta?ziyah kepada saudaranya sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Majah
dari Amr bin Haram : Tiadalah di antara mu?min berta?ziyah kepada
saudaranya yang mendapat musibah, kecuali Allah mengenakan pakaian
kehormatan pada hari kamat.
dengan tujuan menegakkan bangunan yang tunggal dan menghindari factorfaktor
yang dapat menimbulkan perpecahan, kelemahan, sebab-sebab
kegagalan dan kekalahan. Sehingga mereka yang bersatu itu memiliki
kemampuan untuk merealisasi tujuan luhur dan niat sucinya*
1. Apabila engkau menjumpainya engkau berikan salam kepadanya.
2. Apabila iamengundangmu engkau memperkenankan undangannya.
3. Apabila ia meminta nasehat, engkau menasehatinya.
4. Apabila ia bersin dan memuji Allah, hendaklah engkau
mentasymitkannya (berdoa untuknya).
5. Apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya.
6. Apabila ia mati hendaklah engkau antarkan jenazahnya. (HR.Muslim
dan Tirmizi).
Mengucapkan Salam
Islam datang untuk mempersatukan hati dengan hati, menyusun barisan
dengan tujuan menegakkan bangunan yang tunggal dan menghindari factorfaktor
yang dapat menimbulkan perpecahan, kelemahan, sebab-sebab
kegagalan dan kekalahan. Sehingga mereka yang bersatu itu memiliki
kemampuan untuk merealisasi tujuan luhur dan niat sucinya . Oleh karena
itu awal pertemuan dengan sesama muslim agar hati mereka terikat satu
dengan yang lainnya hingga timbulnya rasa saling menyinta dimulai dengan
mengucapkan dan menyebarkan salam : Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuhu.
Sabda Rasulullah SAW:
"Demi Dzat yang diriku dalam genggamanNya, mereka tidak masuk surga
sehingga mereka beriman, dan mereka tidak beriman sehingga mereka
saling menyinta. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu
mengerjakannya kamu saling menyinta? Sebarkan salam di kalangan kamu."
Salam yang merupakan alat penghormatan kaum muslimin lebih
menegaskan bahwa agama mereka adalah agama damai dan aman, serta
mereka adalah penganut salam (perdamaian) dan pencinta damai. Dalam
hadis Rasulullah saw bersabda :
?Sesungguhnya Allah menjadikan salam sebagai penghormatan bagi umat
kami dan jaminan keamanan untuk kaum zimmah kami.?
Dan seseorang tidak layak memulai pembicaraan kepada sesamanya
sebelum ia memulainya dengan ucapan salam, karena salam adalah
ungkapan rasa aman dan tidak ada pembicaraan sebelum adanya rasa aman.
Rasulullah saw bersabda :
?Ucapkan salam sebelum memulai berbicara.?
Memenuhi Undangan
Seorang muslim yang mengundang saudaranya, maka ia berhak didatangi,
oleh karena itu kewajiban yang diundang adalah mendatangi undangan
tersebut sebagai mana sabda Rasulullah saw :
"Penuhilah undangan ini jika kamu diundang."
Undangan yang diberikan dari sesama muslim menunjukkan penghormatan
dan perhatian yang besar kepada saudaranya yang diundang tersebut
sehingga bagi yang tidak memenuhi undangan tentu saja menyebabkan
kekecewaan. Mengabaikan undangan disamakan dengan pembangkangan
kepada Allah dan Rasul, begitu juga sebaliknya saat seseorang yang datang
tanpa diundang diumpamakan seperti pencuri, karena kedatangannya tidak
diinginkan oleh yang mengundang seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
:
"Barangsiapa diundang kemudian dia tidak memenuhi undangan tersebut,
maka ia telah membangkang pada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa
masuk tanpa diundang, maka ia masuk sebagai pencuri."
Memberi Nasehat
Memberi nasehat kepada sudara muslim yang memintanya hendaklah
dipenuhi. Karena nasehat ini dapat mendorong saudaranya kearah kebaikan.
Nasehat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh sehingga dapat masuk
kedalam relung hati yang terbuka untuk menerimanya. Bagi yang
menasehati saudaranya, hendaknya ia mengerjakan apa yang diucapkan,
mengamalkan apa yang dinasehatkan, sebab nasehat yang tidak diamalkan
dan tidak dijiwai tidak akan berbekas pada jiwa yang dinasehati. Dan
sesungguhnya agama ini adalah nasehat sebagaimana sabda Rasulullah saw
:
?Agama itu nasehat? Kami bertanya kepada beliau, ?Nasehat kepada siapa
?? Beliau menjawab : ?Terhadap Allah, Quran, RasulNya, pemimpinpemimpin
dan seluruh kaum Muslimin?.
Mendoakannya ketika bersin
Mendoakan saudara yang bersin merupakan wujud perhatian dan kasih
sayang terhadap saudaranya, sebab tatkala saudaranya itu bersin dan
mengucapkan pujian kepada penciptanya : ?Alhamdulillah?, serta merta ia
yang mendengarkannya menanggapi dengan mengucapkan ?Yarhamukallah?
(Semoga Allah memberimu Rahmat), ia merupakan ucapan simpati dan doa
atas kondisi saudaranya yang senantiasa memuji Allah dalam setiap keadaan
khususnya saat ia bersin. Maka mendoakan dengan Rahmat layak diberikan
pada saudaranya yang telah memuji Allah tersebut. Saat mendapatkan doa
Rahmat, maka saudaranya itu hendaknya juga membalas doa bagi yang
telah mendoakannya dengan mengucapkan : Yahdini wayahdikumullah wa
yuslih balakum? (Semoga Allah memberiku dan engkau petunjuk dan
semoga Allah memperbaiki keadaanmu).
Doa tersebut cerminan telah terjalinnya ikatan hati antara sesama muslim
yang senantiasa menghendaki kebaikan bagi saudaranya.
Menjenguknya ketika sakit
Merupakan kewajiban umat Islam untuk mengunjungi saudaranya yang
sakit. Hal ini dapat meringankan beban derita sisakit yang merana sendirian
dan merasa terasing. Kedatangannya hendaknya dapat meringankan beban
sisakit dan dapat menghiburnya.
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
?Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat : ?Wahai bani Adam, Aku
sakit dan kamu tidak menjengukKu. ?Ia berkata : ?Wahai Rabbku,
bagaimana bisa aku menjengukMu sedang Engkau adalah Tuhan sekalian
Alam ?? Allah menjawab ?Tidakkah kamu mengetahui bahwa seorang
hambaKu fulan sakit dan kamu tidak menjenguknya ? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa andaikata kamu menjenguknya, kamu mendapatiKu di
sisinya ? (HR.Muslim).
Rasulullah saw memberikan motivasi kepada umatnya agar menjenguk orang
sakit dengan menempatkannya di antara buah-buahan surga, sabda
Rasulullah saw :
Sesungguhnya seorang muslim apabila menjenguk saudaranya sesama
muslim, maka ia tetap berada di antara buah-buahan surga yang siap
dipetik, sampai akhirnya ia kembali (HR.Muslim).
Sangat indah sekali ajaran Islam, setiap kebaikan yang dilakukan untuk
orang lain tidak luput balasannya di sisi Allah swt.
Mengiringi jenazahnya
Persaudaraan sejati tidak sebatas pada alam dunia saja, saat ajal
menjemput, saudaranya ikut berta?ziyah dan mengiringi jenazahnya dan
menyaksikan jasad saudaranya dimasukkan kedalam liang lahat, iringan
terakhir di dunia dan kelak akan berjumpa di surganya Insya Allah.
Allah swt bahkan akan memberikan pakaian kehormatan bagi mu?min yang
berta?ziyah kepada saudaranya sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Majah
dari Amr bin Haram : Tiadalah di antara mu?min berta?ziyah kepada
saudaranya yang mendapat musibah, kecuali Allah mengenakan pakaian
kehormatan pada hari kamat.
Berjalanlah jangan berhenti...
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orangorang
yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman" (Qs. Ali Imran : 100)
Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan sikap para sahabat setelah perang
Badar, mereka duduk-duduk santai sambil menceritakan kehebatan masingmasing
diri dan sukunya dalam peperangan yang baru usai. Kondisi ini
dimanfaatkan orang kafir untuk menyulut kembali persoalan masa lalu yang
telah mereka pendam, yakni fanatisme kesukuan. Akhirnya muncullah sikap
saling membanggakan diri dari kelebihan mereka masing-masing di waktu
perang Badar. Percikan ini mengakibatkan amarah dari masing-masing pihak
yang bertikai untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling hebat.
Bahkan nyaris akan terjadi bentrokan besar antar mereka.
Berita ini sampai juga kepada Rasulullah saw. Beliau prihatin dengan kondisi
yang terjadi di antara mereka karena permasalahan ini, padahal dengan
ajaran Islam para sahabat telah diselamatkan dari permusuhan dan konflik
kesukuan kepada persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Menyadari
kondisi ini akan membahayakan eksistensi kaum muslimin maka beliau
menyikapinya dengan memberikan kesibukan kepada para sahabat terhadap
aktifitas dakwah. Kesibukan para sahabat ternyata mampu meredam konflik
internal yang akan membahayakan diri mereka dan kaum muslimin pada
umumnya. Sejak peristiwa itu amaliyat dakwah beruntun diperintahkan Allah
SWT kepada mereka.
Apabila kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di kalangan sahabat tadi,
merupakan teguran untuk kita semua agar selalu berbuat dan menindak
lanjutinya dengan aktifitas lain setelah selesai mengerjakannya. Di samping
itu jeda aktifitas setelah sibuk dengan berbagai kegiatan apalagi yang
berkaitan dengan amal dakwah dan tarbiyah akan membawa dampak negatif
sedikit atau banyak.
Ketika mengingat kejadian di atas, terlintas dalam benak pikiran saya barang
kali banyak bermunculannya permasalahan konflik internal lantaran adanya
jeda yang cukup lama dari aktifitas yang kerap dan biasa kita lakukan.
Kemudian saya teringat apa yang dinasehatkan Syekh Mustafa Masyhur
"janganlah kalian lupa bahwa titik tolak berangkat kalian bermula dari
aktifitas tarbiyah". Nasihat syekh ini menegaskan bahwa aktifitas yang
sekarang ini kita rasakan kenikmatannya, kita petik buahnya, kita raih
hasilnya, dan kita rambah berbagai wilayah dan gedung bermula dari
aktifitas tarbiyah. Aktifitas yang membentuk diri kita seperti sekarang ini.
Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah beberapa waktu yang lalu
mengalami penurunan, sehingga terjadi ketumpulan dalam pengelolaan dan
peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan ini tidak boleh
berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran diri untuk
berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar dalam
aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi
(optimalisasi tarbiyah) dan ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya
tarbiyah) agar meraih produktivitasnya demi kejayaan Islam.
Mengingat dua sasaran yang mesti dicapai perlu mengembalikan semangat
dan stamina dakwah dan tarbiyah kita dengan mengingat hal-hal berikut :
1. Menyadari bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak
akan terulang kembali.
Imam 'Athaillah Sakandari memaparkan dalam kitabnya Taajul 'Aruus,
bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan berulang. Ia
datang menjumpai manusia sekali saja, karenanya orang yang tidak
memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya termasuk orangorang
yang pandir.
Kesempatan yang diberikan pada kita sangat banyak sekali untuk melakukan
kebajikan namun sering kali kita mengabaikannya. Saat ini kita masih
diberikan peluang untuk beramal dalam dakwah dan tarbiyah. Betapa banyak
tugas yang bisa kita kerjakan. Merekrut manusia agar mendapatkan hidayah
selanjutnya dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Memberdayakan kesempatan yang kita miliki diperlukan modal besar. Modal
besar itu adalah kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Dengan
kecerdasannya ia akan mengendalikan dirinya serta mampu memeta
aktivitasnya guna meraih manfaat di masa yang akan datang. Rasulullah
SAW bersabda bahwa orang cerdas adalah orang yang mampu
mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. Dengan kecerdasan dan
kedewasaan dalam bersikap ini kita dapat mengukir kesempatan itu dengan
berbagai amal mulia.
2. Aktifitas yang stabil dan dinamis memberikan kesehatan
menyeluruh.
Selanjutnya adalah mendinamiskan dan menstabilkan amal yang kita
kerjakan. Kegiatan yang dinamis dan stabil akan memberikan dampak
kebaikan, di antaranya kesehatan yang menyeluruh; kesehatan ruhiyah,
fikriyah dan jasadiyah. Imam Syafi'i Rahimahullah memberikan pelajaran
yang baik dan bijak. Menurut imam terkemuka ini, air yang diam tergenang
akan cepat rusak dan dapat kembali baik jika dialirkan. Karena air yang
mengalir mengaktifkan susunan molekul yang ada di dalamnya.
Islam mengibaratkan kehidupan seorang mukmin bagaikan tubuh yang
saling terkait satu organnya dengan organ lain. Aktifitas organ yang dinamis
dengan gerakan yang terarah dan terukur. Gerakan-gerakan ini memberikan
kehangatan pada setiap elemennya. Kehangatan ini berarti tanda adanya
kehidupan yang akan memberikan manfaat besar baginya.
Dalam kaidah dakwah dikenal satu kaidah yang berbunyi Alharakah barakah
(gerakan akan memberikan keberkahan. Saatnya kita
berbuat??berbuat???dan berbuat. Bukan menjadi penonton, bukan pula
mengomentari orang lain, bukan pula menyalahkan keadaan, serta bukan
menjadi orang yang bingung untuk berbuat.
3. Balasan Allah SWT. bagi orang yang berbuat.
Allah SWT. akan membalasi orang yang berbuat setimpal dengan mutu
perbuatannya malah lebih besar lagi. Sudah barang tentu hal ini agar
mendorong kita untuk berbuat lebih baik lagi. Sikap Allah Orientate ini
hendaknya menjadi dasar perbuatan kita agar kita terhindar dari sikap putus
asa bila tidak dapat merasakan hasilnya dan tidak sombong ketika meraih
hasilnya.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat seimbang dengan apa yang
mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan". (QS. Al An' am : 132)
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan" (QS. An Nahl : 97).
4. Berbuat mewariskan sesuatu yang terbaik kepada generasi yang
akan datang.
Warisan merupakan peninggalan kepada generasi yang akan datang.
Mewariskan sesuatu yang baik menjadi suatu kemestian. Bahkan Islam
menandaskan agar khawatir dan cemas bila meninggalkan generasi yang
lemah dan terbelakang. Apabila kita menyimak sejarah orang terdahulu yang
diabadikan dalam QS. Al Baqarah : 132 ? 134 maka kita temukan bahwa
mereka mempersiapkan bekalan-bekalan yang baik kepada generasi
berikutnya. Bekalan itu untuk mengokohkan tugas dan tanggung jawab
generasi yang akan datang.
Syekh Mustafa Masyhur telah menyatakan: Dauruna qad madha wa saya'ti
daurukum (era kami telah lewat dan akan datang era kalian). Pernyataan ini
secara implisit menyiratkan bahwa para pendahulu dakwah ini telah
memberikan bekalan dan arahan kerja dalam dakwah ini kepada kita untuk
ditindak lanjutinya.
Memperhatikan besarnya tanggung jawab kita terhadap dakwah saat ini
maka perlu kita sikapi dengan sebuah tekad: berjalanlah jangan berhenti?..!
yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman" (Qs. Ali Imran : 100)
Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan sikap para sahabat setelah perang
Badar, mereka duduk-duduk santai sambil menceritakan kehebatan masingmasing
diri dan sukunya dalam peperangan yang baru usai. Kondisi ini
dimanfaatkan orang kafir untuk menyulut kembali persoalan masa lalu yang
telah mereka pendam, yakni fanatisme kesukuan. Akhirnya muncullah sikap
saling membanggakan diri dari kelebihan mereka masing-masing di waktu
perang Badar. Percikan ini mengakibatkan amarah dari masing-masing pihak
yang bertikai untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling hebat.
Bahkan nyaris akan terjadi bentrokan besar antar mereka.
Berita ini sampai juga kepada Rasulullah saw. Beliau prihatin dengan kondisi
yang terjadi di antara mereka karena permasalahan ini, padahal dengan
ajaran Islam para sahabat telah diselamatkan dari permusuhan dan konflik
kesukuan kepada persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Menyadari
kondisi ini akan membahayakan eksistensi kaum muslimin maka beliau
menyikapinya dengan memberikan kesibukan kepada para sahabat terhadap
aktifitas dakwah. Kesibukan para sahabat ternyata mampu meredam konflik
internal yang akan membahayakan diri mereka dan kaum muslimin pada
umumnya. Sejak peristiwa itu amaliyat dakwah beruntun diperintahkan Allah
SWT kepada mereka.
Apabila kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di kalangan sahabat tadi,
merupakan teguran untuk kita semua agar selalu berbuat dan menindak
lanjutinya dengan aktifitas lain setelah selesai mengerjakannya. Di samping
itu jeda aktifitas setelah sibuk dengan berbagai kegiatan apalagi yang
berkaitan dengan amal dakwah dan tarbiyah akan membawa dampak negatif
sedikit atau banyak.
Ketika mengingat kejadian di atas, terlintas dalam benak pikiran saya barang
kali banyak bermunculannya permasalahan konflik internal lantaran adanya
jeda yang cukup lama dari aktifitas yang kerap dan biasa kita lakukan.
Kemudian saya teringat apa yang dinasehatkan Syekh Mustafa Masyhur
"janganlah kalian lupa bahwa titik tolak berangkat kalian bermula dari
aktifitas tarbiyah". Nasihat syekh ini menegaskan bahwa aktifitas yang
sekarang ini kita rasakan kenikmatannya, kita petik buahnya, kita raih
hasilnya, dan kita rambah berbagai wilayah dan gedung bermula dari
aktifitas tarbiyah. Aktifitas yang membentuk diri kita seperti sekarang ini.
Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah beberapa waktu yang lalu
mengalami penurunan, sehingga terjadi ketumpulan dalam pengelolaan dan
peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan ini tidak boleh
berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran diri untuk
berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar dalam
aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi
(optimalisasi tarbiyah) dan ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya
tarbiyah) agar meraih produktivitasnya demi kejayaan Islam.
Mengingat dua sasaran yang mesti dicapai perlu mengembalikan semangat
dan stamina dakwah dan tarbiyah kita dengan mengingat hal-hal berikut :
1. Menyadari bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak
akan terulang kembali.
Imam 'Athaillah Sakandari memaparkan dalam kitabnya Taajul 'Aruus,
bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan berulang. Ia
datang menjumpai manusia sekali saja, karenanya orang yang tidak
memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya termasuk orangorang
yang pandir.
Kesempatan yang diberikan pada kita sangat banyak sekali untuk melakukan
kebajikan namun sering kali kita mengabaikannya. Saat ini kita masih
diberikan peluang untuk beramal dalam dakwah dan tarbiyah. Betapa banyak
tugas yang bisa kita kerjakan. Merekrut manusia agar mendapatkan hidayah
selanjutnya dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Memberdayakan kesempatan yang kita miliki diperlukan modal besar. Modal
besar itu adalah kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Dengan
kecerdasannya ia akan mengendalikan dirinya serta mampu memeta
aktivitasnya guna meraih manfaat di masa yang akan datang. Rasulullah
SAW bersabda bahwa orang cerdas adalah orang yang mampu
mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. Dengan kecerdasan dan
kedewasaan dalam bersikap ini kita dapat mengukir kesempatan itu dengan
berbagai amal mulia.
2. Aktifitas yang stabil dan dinamis memberikan kesehatan
menyeluruh.
Selanjutnya adalah mendinamiskan dan menstabilkan amal yang kita
kerjakan. Kegiatan yang dinamis dan stabil akan memberikan dampak
kebaikan, di antaranya kesehatan yang menyeluruh; kesehatan ruhiyah,
fikriyah dan jasadiyah. Imam Syafi'i Rahimahullah memberikan pelajaran
yang baik dan bijak. Menurut imam terkemuka ini, air yang diam tergenang
akan cepat rusak dan dapat kembali baik jika dialirkan. Karena air yang
mengalir mengaktifkan susunan molekul yang ada di dalamnya.
Islam mengibaratkan kehidupan seorang mukmin bagaikan tubuh yang
saling terkait satu organnya dengan organ lain. Aktifitas organ yang dinamis
dengan gerakan yang terarah dan terukur. Gerakan-gerakan ini memberikan
kehangatan pada setiap elemennya. Kehangatan ini berarti tanda adanya
kehidupan yang akan memberikan manfaat besar baginya.
Dalam kaidah dakwah dikenal satu kaidah yang berbunyi Alharakah barakah
(gerakan akan memberikan keberkahan. Saatnya kita
berbuat??berbuat???dan berbuat. Bukan menjadi penonton, bukan pula
mengomentari orang lain, bukan pula menyalahkan keadaan, serta bukan
menjadi orang yang bingung untuk berbuat.
3. Balasan Allah SWT. bagi orang yang berbuat.
Allah SWT. akan membalasi orang yang berbuat setimpal dengan mutu
perbuatannya malah lebih besar lagi. Sudah barang tentu hal ini agar
mendorong kita untuk berbuat lebih baik lagi. Sikap Allah Orientate ini
hendaknya menjadi dasar perbuatan kita agar kita terhindar dari sikap putus
asa bila tidak dapat merasakan hasilnya dan tidak sombong ketika meraih
hasilnya.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat seimbang dengan apa yang
mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan". (QS. Al An' am : 132)
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan" (QS. An Nahl : 97).
4. Berbuat mewariskan sesuatu yang terbaik kepada generasi yang
akan datang.
Warisan merupakan peninggalan kepada generasi yang akan datang.
Mewariskan sesuatu yang baik menjadi suatu kemestian. Bahkan Islam
menandaskan agar khawatir dan cemas bila meninggalkan generasi yang
lemah dan terbelakang. Apabila kita menyimak sejarah orang terdahulu yang
diabadikan dalam QS. Al Baqarah : 132 ? 134 maka kita temukan bahwa
mereka mempersiapkan bekalan-bekalan yang baik kepada generasi
berikutnya. Bekalan itu untuk mengokohkan tugas dan tanggung jawab
generasi yang akan datang.
Syekh Mustafa Masyhur telah menyatakan: Dauruna qad madha wa saya'ti
daurukum (era kami telah lewat dan akan datang era kalian). Pernyataan ini
secara implisit menyiratkan bahwa para pendahulu dakwah ini telah
memberikan bekalan dan arahan kerja dalam dakwah ini kepada kita untuk
ditindak lanjutinya.
Memperhatikan besarnya tanggung jawab kita terhadap dakwah saat ini
maka perlu kita sikapi dengan sebuah tekad: berjalanlah jangan berhenti?..!
Label:
motivasi
Berfikir Kreatif
Diperlukan kemampuan berfikir kreatif untuk dapat mempertahankan hidup.
Juga bagi mereka yang ingin bergerak serta hidup dalam gelombang
perubahan yang cepat saat ini.
Penguin raksasa, burung gajah, adalah sebagian dari binatang yang tidak
akan pernah lagi di lihat didunia, saat ini ada 400 species dalam daftar
tunggu yang akan segera punah. Bagaimana dengan manusia? Secara
species tidak punah, tetapi institusi mereka yang punah dan tersingkir!
Beberapa tahun terakhir ini ada beberapa institusi besar yang menghilang
dari peredaran, perusahaan pesawat terbang Fokker telah bangkrut. Dan
masih banyak lagi lainnya. Hal ini disebabkan tingginya kompetisi,
meningkatnya permintaan pelanggan, kontrol lingkungan semakin
ketat, permintaan SDM unggul dan perkembangan teknologi yang
sangat cepat. Semua faktor tersebut bergabung menyatu untuk
mengancam dan menantang. Yang mati adalah mereka yang gagal
mengatasi, gagal beradaptasi atau gagal berubah sesuai dengan zamannya.
Globalisasi yang dipicu oleh empat hal (Yudo S, 1996) yaitu pecahnya Soviet
dan negara Balkan yang turut menambah dalam daftar negara mandiri yang
mempunyai ?competitive advantage?, integrasi internasional dan regional
seperti APEC, MEE, WTO yang mengupayakan ?free trade and
investment?, kematangan negara maju yang menyebabkan banyak negara
lain mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi serta perubahan teknologi
dan teknologi informasi. Keempat faktor tersebut berdampak pada
perubahan dalam banyak hal.
Di Indonesia data jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan dari
3,17 % pada tahun 1990 menjadi 7,24 % pada tahun 1995. Angka
pengangguran belum pernah mencapai setinggi ini.
Kini yang pasti adalah ketidakpastian, semuanya akan berubah, yang
tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Setiap saat yang
dihadapi oleh ummat manusia adalah perubahan.
Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan kemampuan berfikir kreatif untuk
dapat mempertahankan hidup, dan bagi mereka yang bergerak serta hidup
dalam gelombang perubahan yang sangat cepat ini.
Kegiatan Berfikir Kreatif
Apakah sebenarnya kegiatan berfikir kreatif itu? Menurut versi yang berbedabeda
kreatif adalah sebagai berikut :
• Having power to create, requiring intellegence and imagination (Oxford
Dictionary)
• Having the ability to create, by originality of thought, showing
imagination (The Newcollins International Dictionary)
• Kemampuan mental dan berbagai jenis khas manusia yang dapat
melahirkan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, tepat
sasaran dan tepat guna.
• Kelincahan mental dan berfikir ?dari dan ke? segala arah, fleksibilitas
konseptual.
Dari beberapa definisi berfiir kreatif tersebut ternyata saling melengkapi dan
mempunyai fokus yang sama, yaitu bertemunya antara kecerdasan
intelektual dengan kecerdasan emosional. Adapun istilah yang berdekatan
adalah inovasi, improvisasi, discovery, dll
Segi Mental Orang Kreatif
Kreatifitas bukanlah monopoli hak orang genius saja. Ternyata IQ tidak
menjadikan jaminan terhadap orang yang mempunyai kemampuan berfikir
secara praktis, cekatan, orisinil dan kreatif. Sikap kreatif harus didukung oleh
kecerdasan emosional - EQ. Adapun segi-segi mental orang kreatif adalah (J
Chandra, 1994) :
Hasrat, untuk mengubah hal-hal disekelilingnya menjadi lebih baik.
Kepekaan, bersikap terbuka dan tanggap terhadap segala sesuatu.
Minat, untuk menggali lebih dalam dari yang tampak dipermukaan.
Rasa ingin tahu, semangat yang tak pernah mandeg untuk
mempertanyakan.
Mendalam dalam berfikir, sikap yang mengarahkan untuk pemahaman
yang dalam pula.
Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan hingga menguasai
seluruh bagiannya.
Siap mencoba dan melaksanakan, bersedia mencurahkan waktu dan
tenaga untuk mencari dan mengembangkan.
Kesabaran, untuk memecahkan permasalahan dalam detailnya.
Optimisme, memadukan antusiasme (kegairahan).
Mampu bekerja sama, sanggup berfikir secara produktif bersama orang
lain.
Ruang Lingkup Berfikir Kreatif
Hendaknya kreatifitas ditinjau dari perspektif yang luas, bukan sekedar
menghasilkan ide-ide baru, yang dapat diterjemahkan dalam (Umi
Pujihastuti, 1996) :
• Kemampuan memenuhi tuntutan profesi.
• Menciptakan kemungkinan dan terobosan-terobosan baru.
• Menyelesaikan masalah atau problem
Sedangkan menurut D. H. Weiss, 1990, ruang lingkup berfikir secara artistik
yang banyak memanfaatkan otak kiri adalah dengan memulai asumsi dengan
:
• Dapatkah kita mengerjakan segala sesuatu dengan cara baru ...
• Menggantikan apa yang kita lakukan dengan sesuatu yang lain ...
• Meminjam atau mengadaptasi apa yang dilakukan orang lain ...
• Memberikan sentuhan baru dengan cara lama ...
• Melakukannya dengan cara terbaik ...
Semua akhirnya kembali kepada naluri kita, jika ide itu dapat menghasilkan
manfaat dan kita merasakan adanya sentuhan kreatif. Karena tidak jarang
atau seringkali sikap kreatif tidak bisa dinikmati orang lain.
Proses Berfikir Kreatif
Ketika anda mendapatkan sebuah masalah atau memang anda ingin
membuat ide baru, maka kemampuan anda untuk memunculkan ide kreatif
sangat diperlukan. Dalam proses kreatif biasanya kita akan melewati 5 fase
utama, yaitu : persiapan, konsentrasi kreatif, bermain dengan gagasan,
menyilangkan dua konsep dan mengukur kelaikan ide. Adapun proses
tersebut secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut :
PERSIAPAN. Pada fase ini perilaku pemikiran kita sangat divergen, yaitu
menyebar ke segala arah. Yang anda perlukan adalah kemampuan memiliki
konsep, informasi yang banyak, mempunyai fakta yang cukup dan anda telah
mempunyai pengalaman atau lebih jauh anda perlu meneliti ulang.
KONSENTRASI KREATIF. Pada fase ini perilaku pemikiran anda bergerak
dari divergen ke konvergen, sehingga masalahnya menjadi fokus dan
memerlukan konsentrasi tinggi. Pada fase ini anda merumuskan masalah
berdasarkan segala sesuatu yang anda miliki pada fase persiapan. Perlu
adanya segmentasi permasalahan, definisikan tentang apa yang anda
butuhkan - single need. Yang lebih penting lagi adalah kemampuan
mengaitkan seluruh fakta dan data menjadi satu kesatuan sehingga
menimbulkan persepsi kreatif (Gestalt psychology).
BERMAIN DENGAN GAGASAN. Pada fase ini perilaku pemikiran anda
sangat divergen. Anda perlu membuka seluruh memori di otak anda, tidak
cukup STM tapi LTM. Cobalah cari kaitan dari luar fakta dari apa yang telah
anda peroleh. Cobalah anda meninggalkan cara berfikir rutinitas anda. Anda
juga perlu sesekali meninggalkan fokus fikiran, sehingga perlu menggunakan
konsep ?seandainya?. Gunakan pula konsep ?berfikir lateral?, jangan
khawatir dengan kesalahan karena pada fase akhir anda harus menguji
kelaikan pilihan anda. Perilaku yang sering digunakan yaitu dengan cara
mengecilkan, membesarkan, memadukan, membalikkan, gunakan secara
baru atau sesuaikan dengan kondisi yang ada untuk membuat ?trigger
session?
MENYILANGKAN DUA KONSEP. Pada fase ini perilaku pemikiran anda
berubah-ubah dari divergen dan konvergen. Pada fase ini anda perlu
membuat sintesa dan rekaan baru, maka cobalah ide-ide lateral anda yang
liar untuk difokuskan.
MENGUKUR KELAIKAN IDE. Pada fase ini perilaku pemikiran anda sangat
konvergen. Disini anda perlu memfokuskan ide, anda harus obyektif dan
cermat. Gunakan analisa matriks untuk menghindari alternatif yang tercecer.
Kalau anda cukup waktu, gunakan instrumen untuk mengukur kelaikan ide.
Agar Anda Lebih Kreatif Dan Inovatif .....
1. Belajarlah untuk menjadi seorang inovator yang terbaik: Seorang
yang selalu mencari, menyesuaikan dan mengimplemantasikan ide-ide, baik
yang baru maupun yang sudah lama. Carilah ide-ide secara aktif melalui cara
membaca, pembacaan sepintas, membuat intisari dan lain sebagainya atas
katalog-katalog, buku-buku laporan-laporan dan lain sebagainya. Demikain
juga berusahalah melakukan :
1. Percobaan
2. Meneliti
3. Melakukan perjalanan
4. Berdiskusi
5. Mengunjungi pameran dan konferensi
6. Menggunakan program-program komputer
7. Melihat-lihat barang yang ada di toko
8. Menciptakan rasa kebutuhan
2. Ubahlah Kebiasaan dan citra diri anda: Jadilah seorang yang
progresif, kembangkanlah atribut-atribut dan motivasi yang di butuhkan.
Kembangkanlah sikap mencintai ide-ide, hal-hal, cara-cara, sistem-sistem
dan teknologi-teknologi baru. Tuangkanlah ide-ide anda ke dalam bentuk
tulisan.
3. Lakukanlah tindakan: Milikilah keberanian dan keparcayaan diri untuk
menjadi inovator. Jadilah orang yang berbeda. Kegagalan memang akan
muncul, namun kita akan belajar dari adanya suatu kesalahan. Emosi akan
dapat membantu munculnya kreatifitas ---Kendalikanlah stress. Tekunlah
selalu!!
4. Terimalah perubahan dan tantangan suatu masalah dengan tangan
terbuka. Jadilah seorang dengan pikiran yang terbuka dan fleksibel.
5. Terapkanlah ide-ide pada setiap sudut kehidupan anda: Dalam
kehidupan pribadi anda, karir, sekolah, bisnis dan di manapun juga.
Ajukanlah selalu pertanyaan: ?Dengan jalan lain yang bagaimana saya dapat
melakukannya?? Hasilkan suatu pemecahan masalah, ide-ide, konsep dan
teori-tori yang inovatif dan kreatif. Kembangkanlah sifat humor anda. Jadilah
peka terhadap setiap kesempatan-kesempatan baik.
6. Pelajarilah tentang inovasi, perubahan dan kreatifitas
sebagaimana anda berusaha untuk memenangkan diterimanya ide
anda. Didiklah diri anda sendiri. Ambillah kursus-kursus yang tersedia.
Kembangkanlah gairah terhadap adanya masalah yang anda hadapi.
Belajarlah menjadi anggota suatu tim kerja, pemimpin dan inovator yang
baik.
7. Milikilah selalu rasa ingin tahu dan jadilah seorang pengamat:
Kembangkanlah semangat anda untuk mencari informasi. Inilah satusatunya
cara untuk dapat mengenali awal mula masalah yang sebenarnya.
Hindarilah pertentangan cara berfikir anda. Temukanlah faktor-faktor yang
dapat dijadikan kunci utama.
8. Bertanyalah Mengapa, Apa, Yang Mana, Di Mana, Kapan, Siapa,
Bagaimana, Apabila: Refleksikanlah selalu terhadap setiap aspek dari
masalah anda. Jangan terlalu capat berprasangka terhadap ide-ide.
9. Kembangkan daya berfikir reflektif dan kemampuan-kemampuan
berfikir anda: Bermimpilah siang hari tentang masalah anda. Meloncatlah
kesana kemari di antara daya nalar, kritis, khayalan dan berfikir melantur.
Perbaikilah tingkat kemampuan berfikir anda melalui cara mempelajari
sesuatu dan mempraktekkannya.
10. Bangunlah dasar pengetahuan dan intuisi anda melalui kegiatan
membaca dan lain-lainnya: Jagalah kerapian arsip anda. Belajarlah
tentang cara bagaimana melakukan penelitian dan cara memvisualisasikan.
11. Dengan pikiran yang terbebani, gunakan pemicu-pemicu untuk
menstimulasi ide-ide, pendangan dan iluminasi: Manfaatkan kegiatankegiatan
tersebut dalam item no. 1 di atas untuk memicu gudang ingatan
anda dan mengkaitkannya dengan apa yang anda baca, lihat atau pikirkan.
Dengan cara ini, anda akan memproduksi ide-ide malalui cara iluminasi yang
berkembang secara bertahap. Pekalah terhadap setiap kesempatankesempatan
baik.
12. Bebanlah pikiran anda dengan data, prinsip-prinsip dasar, teoriteori
dan konsep-konsep dari masalah anda: Kemudian ---
BERISTIRAHATLAH--- dan pastikanlah diri anda untuk memulai memikirkan
kembali masalah anda. Dengan mendadak, suatu loncatan imajinasi akan
mungkin terjadi dalam diri anda.
Penutup
Pada bagian ini akan saya berikan ?tips? untuk sikap kreatif sehingga
bermanfaat untuk anda kembangkan dengan belajar sendiri. Sikap kreatif
jangan terbatas pada membaca dan seminar, ikutilah workshop atau lakukan
modeling kreatifitas.
Kita perlu memiliki pengetahuan umum seluas mungkin, bacalah bidang apa
saja. Belajar apapun tidak ada ruginya, jika anda mampu menggunakan asas
manfaat. Mulailah dengan rajin mencatat, membuat dokumentasi dan
jagalah kerapian arsip anda. Milikilah konsep-konsep pemandu atau ?pisaupisau
tajam? untuk membedah permasalahan.
Camkan konsep ilmu, perubahan dan amal. Selamat mencoba.
Juga bagi mereka yang ingin bergerak serta hidup dalam gelombang
perubahan yang cepat saat ini.
Penguin raksasa, burung gajah, adalah sebagian dari binatang yang tidak
akan pernah lagi di lihat didunia, saat ini ada 400 species dalam daftar
tunggu yang akan segera punah. Bagaimana dengan manusia? Secara
species tidak punah, tetapi institusi mereka yang punah dan tersingkir!
Beberapa tahun terakhir ini ada beberapa institusi besar yang menghilang
dari peredaran, perusahaan pesawat terbang Fokker telah bangkrut. Dan
masih banyak lagi lainnya. Hal ini disebabkan tingginya kompetisi,
meningkatnya permintaan pelanggan, kontrol lingkungan semakin
ketat, permintaan SDM unggul dan perkembangan teknologi yang
sangat cepat. Semua faktor tersebut bergabung menyatu untuk
mengancam dan menantang. Yang mati adalah mereka yang gagal
mengatasi, gagal beradaptasi atau gagal berubah sesuai dengan zamannya.
Globalisasi yang dipicu oleh empat hal (Yudo S, 1996) yaitu pecahnya Soviet
dan negara Balkan yang turut menambah dalam daftar negara mandiri yang
mempunyai ?competitive advantage?, integrasi internasional dan regional
seperti APEC, MEE, WTO yang mengupayakan ?free trade and
investment?, kematangan negara maju yang menyebabkan banyak negara
lain mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi serta perubahan teknologi
dan teknologi informasi. Keempat faktor tersebut berdampak pada
perubahan dalam banyak hal.
Di Indonesia data jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan dari
3,17 % pada tahun 1990 menjadi 7,24 % pada tahun 1995. Angka
pengangguran belum pernah mencapai setinggi ini.
Kini yang pasti adalah ketidakpastian, semuanya akan berubah, yang
tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Setiap saat yang
dihadapi oleh ummat manusia adalah perubahan.
Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan kemampuan berfikir kreatif untuk
dapat mempertahankan hidup, dan bagi mereka yang bergerak serta hidup
dalam gelombang perubahan yang sangat cepat ini.
Kegiatan Berfikir Kreatif
Apakah sebenarnya kegiatan berfikir kreatif itu? Menurut versi yang berbedabeda
kreatif adalah sebagai berikut :
• Having power to create, requiring intellegence and imagination (Oxford
Dictionary)
• Having the ability to create, by originality of thought, showing
imagination (The Newcollins International Dictionary)
• Kemampuan mental dan berbagai jenis khas manusia yang dapat
melahirkan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, tepat
sasaran dan tepat guna.
• Kelincahan mental dan berfikir ?dari dan ke? segala arah, fleksibilitas
konseptual.
Dari beberapa definisi berfiir kreatif tersebut ternyata saling melengkapi dan
mempunyai fokus yang sama, yaitu bertemunya antara kecerdasan
intelektual dengan kecerdasan emosional. Adapun istilah yang berdekatan
adalah inovasi, improvisasi, discovery, dll
Segi Mental Orang Kreatif
Kreatifitas bukanlah monopoli hak orang genius saja. Ternyata IQ tidak
menjadikan jaminan terhadap orang yang mempunyai kemampuan berfikir
secara praktis, cekatan, orisinil dan kreatif. Sikap kreatif harus didukung oleh
kecerdasan emosional - EQ. Adapun segi-segi mental orang kreatif adalah (J
Chandra, 1994) :
Hasrat, untuk mengubah hal-hal disekelilingnya menjadi lebih baik.
Kepekaan, bersikap terbuka dan tanggap terhadap segala sesuatu.
Minat, untuk menggali lebih dalam dari yang tampak dipermukaan.
Rasa ingin tahu, semangat yang tak pernah mandeg untuk
mempertanyakan.
Mendalam dalam berfikir, sikap yang mengarahkan untuk pemahaman
yang dalam pula.
Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan hingga menguasai
seluruh bagiannya.
Siap mencoba dan melaksanakan, bersedia mencurahkan waktu dan
tenaga untuk mencari dan mengembangkan.
Kesabaran, untuk memecahkan permasalahan dalam detailnya.
Optimisme, memadukan antusiasme (kegairahan).
Mampu bekerja sama, sanggup berfikir secara produktif bersama orang
lain.
Ruang Lingkup Berfikir Kreatif
Hendaknya kreatifitas ditinjau dari perspektif yang luas, bukan sekedar
menghasilkan ide-ide baru, yang dapat diterjemahkan dalam (Umi
Pujihastuti, 1996) :
• Kemampuan memenuhi tuntutan profesi.
• Menciptakan kemungkinan dan terobosan-terobosan baru.
• Menyelesaikan masalah atau problem
Sedangkan menurut D. H. Weiss, 1990, ruang lingkup berfikir secara artistik
yang banyak memanfaatkan otak kiri adalah dengan memulai asumsi dengan
:
• Dapatkah kita mengerjakan segala sesuatu dengan cara baru ...
• Menggantikan apa yang kita lakukan dengan sesuatu yang lain ...
• Meminjam atau mengadaptasi apa yang dilakukan orang lain ...
• Memberikan sentuhan baru dengan cara lama ...
• Melakukannya dengan cara terbaik ...
Semua akhirnya kembali kepada naluri kita, jika ide itu dapat menghasilkan
manfaat dan kita merasakan adanya sentuhan kreatif. Karena tidak jarang
atau seringkali sikap kreatif tidak bisa dinikmati orang lain.
Proses Berfikir Kreatif
Ketika anda mendapatkan sebuah masalah atau memang anda ingin
membuat ide baru, maka kemampuan anda untuk memunculkan ide kreatif
sangat diperlukan. Dalam proses kreatif biasanya kita akan melewati 5 fase
utama, yaitu : persiapan, konsentrasi kreatif, bermain dengan gagasan,
menyilangkan dua konsep dan mengukur kelaikan ide. Adapun proses
tersebut secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut :
PERSIAPAN. Pada fase ini perilaku pemikiran kita sangat divergen, yaitu
menyebar ke segala arah. Yang anda perlukan adalah kemampuan memiliki
konsep, informasi yang banyak, mempunyai fakta yang cukup dan anda telah
mempunyai pengalaman atau lebih jauh anda perlu meneliti ulang.
KONSENTRASI KREATIF. Pada fase ini perilaku pemikiran anda bergerak
dari divergen ke konvergen, sehingga masalahnya menjadi fokus dan
memerlukan konsentrasi tinggi. Pada fase ini anda merumuskan masalah
berdasarkan segala sesuatu yang anda miliki pada fase persiapan. Perlu
adanya segmentasi permasalahan, definisikan tentang apa yang anda
butuhkan - single need. Yang lebih penting lagi adalah kemampuan
mengaitkan seluruh fakta dan data menjadi satu kesatuan sehingga
menimbulkan persepsi kreatif (Gestalt psychology).
BERMAIN DENGAN GAGASAN. Pada fase ini perilaku pemikiran anda
sangat divergen. Anda perlu membuka seluruh memori di otak anda, tidak
cukup STM tapi LTM. Cobalah cari kaitan dari luar fakta dari apa yang telah
anda peroleh. Cobalah anda meninggalkan cara berfikir rutinitas anda. Anda
juga perlu sesekali meninggalkan fokus fikiran, sehingga perlu menggunakan
konsep ?seandainya?. Gunakan pula konsep ?berfikir lateral?, jangan
khawatir dengan kesalahan karena pada fase akhir anda harus menguji
kelaikan pilihan anda. Perilaku yang sering digunakan yaitu dengan cara
mengecilkan, membesarkan, memadukan, membalikkan, gunakan secara
baru atau sesuaikan dengan kondisi yang ada untuk membuat ?trigger
session?
MENYILANGKAN DUA KONSEP. Pada fase ini perilaku pemikiran anda
berubah-ubah dari divergen dan konvergen. Pada fase ini anda perlu
membuat sintesa dan rekaan baru, maka cobalah ide-ide lateral anda yang
liar untuk difokuskan.
MENGUKUR KELAIKAN IDE. Pada fase ini perilaku pemikiran anda sangat
konvergen. Disini anda perlu memfokuskan ide, anda harus obyektif dan
cermat. Gunakan analisa matriks untuk menghindari alternatif yang tercecer.
Kalau anda cukup waktu, gunakan instrumen untuk mengukur kelaikan ide.
Agar Anda Lebih Kreatif Dan Inovatif .....
1. Belajarlah untuk menjadi seorang inovator yang terbaik: Seorang
yang selalu mencari, menyesuaikan dan mengimplemantasikan ide-ide, baik
yang baru maupun yang sudah lama. Carilah ide-ide secara aktif melalui cara
membaca, pembacaan sepintas, membuat intisari dan lain sebagainya atas
katalog-katalog, buku-buku laporan-laporan dan lain sebagainya. Demikain
juga berusahalah melakukan :
1. Percobaan
2. Meneliti
3. Melakukan perjalanan
4. Berdiskusi
5. Mengunjungi pameran dan konferensi
6. Menggunakan program-program komputer
7. Melihat-lihat barang yang ada di toko
8. Menciptakan rasa kebutuhan
2. Ubahlah Kebiasaan dan citra diri anda: Jadilah seorang yang
progresif, kembangkanlah atribut-atribut dan motivasi yang di butuhkan.
Kembangkanlah sikap mencintai ide-ide, hal-hal, cara-cara, sistem-sistem
dan teknologi-teknologi baru. Tuangkanlah ide-ide anda ke dalam bentuk
tulisan.
3. Lakukanlah tindakan: Milikilah keberanian dan keparcayaan diri untuk
menjadi inovator. Jadilah orang yang berbeda. Kegagalan memang akan
muncul, namun kita akan belajar dari adanya suatu kesalahan. Emosi akan
dapat membantu munculnya kreatifitas ---Kendalikanlah stress. Tekunlah
selalu!!
4. Terimalah perubahan dan tantangan suatu masalah dengan tangan
terbuka. Jadilah seorang dengan pikiran yang terbuka dan fleksibel.
5. Terapkanlah ide-ide pada setiap sudut kehidupan anda: Dalam
kehidupan pribadi anda, karir, sekolah, bisnis dan di manapun juga.
Ajukanlah selalu pertanyaan: ?Dengan jalan lain yang bagaimana saya dapat
melakukannya?? Hasilkan suatu pemecahan masalah, ide-ide, konsep dan
teori-tori yang inovatif dan kreatif. Kembangkanlah sifat humor anda. Jadilah
peka terhadap setiap kesempatan-kesempatan baik.
6. Pelajarilah tentang inovasi, perubahan dan kreatifitas
sebagaimana anda berusaha untuk memenangkan diterimanya ide
anda. Didiklah diri anda sendiri. Ambillah kursus-kursus yang tersedia.
Kembangkanlah gairah terhadap adanya masalah yang anda hadapi.
Belajarlah menjadi anggota suatu tim kerja, pemimpin dan inovator yang
baik.
7. Milikilah selalu rasa ingin tahu dan jadilah seorang pengamat:
Kembangkanlah semangat anda untuk mencari informasi. Inilah satusatunya
cara untuk dapat mengenali awal mula masalah yang sebenarnya.
Hindarilah pertentangan cara berfikir anda. Temukanlah faktor-faktor yang
dapat dijadikan kunci utama.
8. Bertanyalah Mengapa, Apa, Yang Mana, Di Mana, Kapan, Siapa,
Bagaimana, Apabila: Refleksikanlah selalu terhadap setiap aspek dari
masalah anda. Jangan terlalu capat berprasangka terhadap ide-ide.
9. Kembangkan daya berfikir reflektif dan kemampuan-kemampuan
berfikir anda: Bermimpilah siang hari tentang masalah anda. Meloncatlah
kesana kemari di antara daya nalar, kritis, khayalan dan berfikir melantur.
Perbaikilah tingkat kemampuan berfikir anda melalui cara mempelajari
sesuatu dan mempraktekkannya.
10. Bangunlah dasar pengetahuan dan intuisi anda melalui kegiatan
membaca dan lain-lainnya: Jagalah kerapian arsip anda. Belajarlah
tentang cara bagaimana melakukan penelitian dan cara memvisualisasikan.
11. Dengan pikiran yang terbebani, gunakan pemicu-pemicu untuk
menstimulasi ide-ide, pendangan dan iluminasi: Manfaatkan kegiatankegiatan
tersebut dalam item no. 1 di atas untuk memicu gudang ingatan
anda dan mengkaitkannya dengan apa yang anda baca, lihat atau pikirkan.
Dengan cara ini, anda akan memproduksi ide-ide malalui cara iluminasi yang
berkembang secara bertahap. Pekalah terhadap setiap kesempatankesempatan
baik.
12. Bebanlah pikiran anda dengan data, prinsip-prinsip dasar, teoriteori
dan konsep-konsep dari masalah anda: Kemudian ---
BERISTIRAHATLAH--- dan pastikanlah diri anda untuk memulai memikirkan
kembali masalah anda. Dengan mendadak, suatu loncatan imajinasi akan
mungkin terjadi dalam diri anda.
Penutup
Pada bagian ini akan saya berikan ?tips? untuk sikap kreatif sehingga
bermanfaat untuk anda kembangkan dengan belajar sendiri. Sikap kreatif
jangan terbatas pada membaca dan seminar, ikutilah workshop atau lakukan
modeling kreatifitas.
Kita perlu memiliki pengetahuan umum seluas mungkin, bacalah bidang apa
saja. Belajar apapun tidak ada ruginya, jika anda mampu menggunakan asas
manfaat. Mulailah dengan rajin mencatat, membuat dokumentasi dan
jagalah kerapian arsip anda. Milikilah konsep-konsep pemandu atau ?pisaupisau
tajam? untuk membedah permasalahan.
Camkan konsep ilmu, perubahan dan amal. Selamat mencoba.
Label:
motivasi
Jumat, 12 Maret 2010
Amanah,,
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ, فَاْلأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ingatlah, setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang amir (pemimpin masyarakat) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin, dan ia akan ditanya tentang rakyatnya”. [HR. Bukhari (5200) dan Muslim (4701)]
Seorang yang mau menjadi pemimpin dan penguasa, harus mengetahui betul bahwa kekuasaan adalah amanah yang amat berat dipundak, dan tanggung jawab yang amat besar di sisi Allah, sebab ia harus menunaikan hak orang banyak, dan berbuat adil kepada mereka sebagaimana halnya mereka ingin agar rakyat menunaikan tugasnya di hadapan dirinya. Sungguh tugas ini amat berat digenggam, dan amat berbahaya. Tak heran jika Panutan kita, Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengingatkan kita tentang bahayanya kekuasaan, dan orang yang memintanya.
Abdur Rahman bin Samuroh -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda kepadaku,
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ سَمُرَةَ لاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ, فَإِنَّكَ إِنْ أُوْتِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا, وَإِنْ أُوْتِيْتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
“Wahai Abdur Rahman bin Samuroh, janganlah engkau meminta kekuasaan. Karena jika kau diberi kekuasaan dari hasil meminta, maka engkau akan diserahkan kepada kekuasaan itu (yakni, dibiarkan oleh Allah & tak akan ditolong, pent.). Jika engkau diberi kekuasaan, bukan dari hasil meminta, maka engkau akan ditolong”. [HR. Al-Bukhoriy (6622, 6722, 7146, & 7147), dan Muslim (4257, & 4692)]
Abu Musa Al-Asy’ariy-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
دَخَلْتُ عَلَى النَّبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ بَنِيْ عَمِّيْ, فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمِّرْنَا عَلَى بَعْضِ مَا وَلاَّكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ, وَقَالَ الآخَرُ مِثْلَ ذَلِكَ, فَقَالَ: إِنَّا,وَاللهِ ! لاَ نُوَلِّيْ عَلَى هَذَا الْعَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ وَلاَ أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ
“Aku pernah masuk menemui Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersama dua orang sepupuku. Seorang diantara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah kami pemimpin dalam perkara yang Allah -Azza wa Jalla- berikan kepadamu. Orang kedua juga berkata demikian. Maka beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan menyerahkan pekerjaan ini kepada orang yang memintanya, dan tidak pula orang yang rakus kepadanya”. [HR. Al-Bukhoriy (7149), dan Muslim (1733)]
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
لَنْ أَوْ لاَ نَسْتَعْمِلُ عَلَى عَمَلِنَا مَنْ أَرَادَهُ
“Kami tak akan mempekerjakan dalam urusan kami orang yang menginginkannya”. [HR. Al-Bukhoriy (2261, 6923, & 7156), dan Muslim (1733)]
Seorang yang meminta kekuasaan dan rakus terhadapnya akan mengalami penyesalan, sebab ia bukan ahlinya. Kekuasaan menjadi sebuah kenikmatan sementara, sedang kesusahan dan tanggung jawab akan menanti di Padang Mahsyar.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُوْنُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ, فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ
“Sesungguhnya kalian kelak akan rakus terhadap kekuasaan, dan kekuasan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Kekuasaan adalah sebaik-baik penetek(yakni, awalnya penuh kelezatan dan kenikmatan, pent.), dan sejelek-jelek penyapih (yakni, di akhirnya, saat terjadi kudeta, dan pertanggungjawaban di hari akhir, pent.)”. [HR. Al-Bukhoriy (6729), dan An-Nasa’iy (4211 & 5385)]
Sungguh nasihat dan wejangan berharga ini seyogyanya menjadi peringatan bagi kaum muslimin tentang beratnya tanggung jawab menjadi seorang pemimpin. Hendaknya jangan berani meminta kekuasaan. Sebelum seorang diberi kekuasaan dan tanggung jawab, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan takut akan azab-Nya dengan membentengi diri mereka dengan ilmu sebelum menjadi pemimpin.
Seorang ulama’ tabi’in, Al-Ahnaf bin Qois Al-Bashriy -rahimahullah- berkata, “Umar bin Khattab pernah mengatakan kepada kami, “Pelajarilah ilmu agama sebelum kalian memegang kekuasaan”. Sufyan berkomentar, “Karena seseorang yang telah mengetahui ilmu agama, ia tidak akan berhasrat lagi mengejar kekuasaan.” [Lihat Shifatush shafwah (2/236)]
Demikian pula para salaf yang lain, mereka sangat takut jika diberi kekuasaan. Al-Miswar bin Makhromah-radhiyallahu ‘anhu- bekata, “Ketika Abdur Rahman bin Auf diberi mandat dalam majlis syura (dewan musyawarah pemilihan khalifah dari kalangan ulama yang cerdik dan pandai). Beliau adalah orang yang paling kuidamkan untuk menduduki jabatan khalifah. Kalau beliau enggan, sebaiknya Sa’ad. Tiba-tiba Amru bin Ash menjumpaiku dan berkata, “Apa kira-kira pandangan pamanmu Abdur Rahman bin Auf, kalau ia menyerahkan jabatan ini kepada orang lain, padahal dia tahu bahwa dirinya lebih baik dari orang itu?”. Aku segera menemui Abdurrahman dan menceritakan kepada beliau pertanyaan itu. Beliau lalu berkomentar, “Seandainya ada orang meletakkan pisau dileherku lalu menusuknya hingga tembus, itu lebih kusukai daripada menerima jabatan tersebut”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/87-88)].
Utsman bin Affan pernah mengeluh karena mimisan (keluar darah dari hidung), lalu beliau memanggil Humran. Beliau berkata, “Tuliskan mandat untuk Abdurrahman untuk menggantikan aku bila aku meninggal”. Maka Humran pun menuliskan mandat itu. Setelah itu, Humran datang menjumpai Abdur Rahman seraya berkata, “ Ada kabar gembira”. Abdur Rahman bertanya, “Kabar apakah itu?”. Humran berkata, “Utsman telah menuliskan mandat untuk anda sepeninggalannya”. Abdur Rahman pun segera berdiri di antara makam dan mimbar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- (yakni, di Raudhah), lalu berdo’a, “Ya Allah apabila penyerahan jabatan dari Utsman sepeninggalnya betul-betul terjadi, maka matikanlah aku sebelum itu”. Tak lebih enam bulan berselang, beliau pun wafat. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/88)]
Yazib bin Al-Muhallab ketika diangkat sebagai gubernur Khurasan, ia membuat pernyataan, “Beritahukanlah kepadaku tentang seorang laki-laki yang memiliki kepribadian yang luhur lagi sempurna”. Beliau lalu dikenalkan kepada Abu Burdah Al-Asy’ariy. Ketika Sang Gubernur menemui Abu Burdah, ia mendapatinya sebagai seorang lelaki yang memiliki keistimewaan. Ketika Abu Burdah berbicara, ternyata apa yang ia dengar dari ucapannya lebih baik dari apa yang ia lihat dari penampilannya. Sang Gubernur lantas berkata, “Aku akan menugaskanmu untuk urusan ini dan ini, yang termasuk dalam kekuasaanku”. Abu Burdah meminta maaf karena tidak bisa menerimanya. Namun Sang Gubernur tidak menerima alasannya. Akhirnya Abu Bardah pun berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan oleh ayahku? Bahwa ia pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda”. Gubernur berkata, “Sampaikanlah”. Abu Bardah berkata, “Sesungguhnya Ayahku (Abu Musa Al-‘Asy’ariy) telah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:
“Barang siapa yang ditugaskan untuk memikul suatu pekerjaan yang dia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam pekerjaan tersebut, bersiap-siaplah ia masuk ke dalam neraka”.
Aku bersaksi wahai Gubernur, “Bahwa aku bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam urusan yang anda tawarkan”. Sang Gubernur justru berkata, “Dengan ucapanmu itu, kamu justru membuat kami makin berhasrat dan senang menaruh kepercayaan kepadamu. Laksanakanlah dengan segala tugas-tugasmu. Kami tidak bisa menerima alasanmu”. Maka lelaki itu pun menjalankan tugasnya di antara mereka selama beberapa waktu. Lalu ia meminta ijin untuk dapat menemui Gubernur, dan ia diijinkan. Lalu ia berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan ayahku kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “terlaknatlah orang yang meminta atas nama Allah. Terlaknatlah orang yang diminta atas nama Allah, lalu tidak mengabulkan permintaan si peminta, selama ia (si peminta) tidak meminta perkara yang memutuskan persaudaraan”.
Sekarang aku minta atas nama Allah untuk tidak menjalankan tugas lagi, dan memaafkan saya atas pekerjaan yang telah saya lakukan.” Maka sang Gubernur pun menerima alasannya. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (4/345)]
Sufyan berkata, “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita bisa dapati orang zuhud dalam hal makanan, minuman, harta, dan pakaian, namun kalau kita berikan kepadanya kekuasaan, ia akan mempertahankannya dan berani bermusuhan membelanya”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (7/262)]
Itulah sebagian dari nasihat dan mutiara hikmah dan petuah salafush shaleh yang tinggi mutunya, mahal harganya, dan besar faedahnya. Kalimat yang muncul dari lisan generasi terbaik umat ini. Yakni sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in -radhiyallahu anhum-.
Allah -Ta’ala- berfirman ketika memuji mereka,
“Orang-orang yang terduhulu lagi pertama dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah dan Dia menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar”. ( QS. At-Taubah: 100)
Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini, “Allah mengabarkan tentang ridhonya kepada orang-orang beriman dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta keridhoan mereka kepada Allah. Dengan apa yang Allah telah siapkan mereka berupa surga-surga yang nikmat dan kenikmatan yang abadi [Lihat Tafsir Al-Qur’anil Adzim (2/398)]
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah di zamanku, kemudian setelahnya (tabi’in), kemudian setelahnya (tabi’ut-tabi’in)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Asy-Syahadat (2509), dan Muslim dalam Fadho’il Ash-Shohabah (2533)]
Ayat dan hadits di atas menjelaskan kepada kita tentang keutamaan dan kedudukan yang agung yang telah diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik. Karena itu, hendaknya kita menjadikan mereka sebagai panutan dan suri teladan yang baik. Merekalah yang dikenal dengan “Salafush Sholih” (Pendahulu yang Baik)
Alangkah indahnya ucapan Abdullah bin Mas’ud-radhiyallahu ‘anhu-, “Barangsiapa yang ingin mengambil teladan maka hendaklah ia mengambil teladan pada orang yang telah meninggal (yakni, para sahabat), sebab orang yang masih hidup tidaklah aman dari ujian. Mereka adalah para sahabat nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, mereka adalah manusia terbaik umat ini, yang paling bagus hatinya, yang paling dalam ilmunya, dan paling sedikit membebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka! Ikutilah jalan mereka, dan berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka berada pada petunjuk yang lurus [HR. Abu Nua’im dalam Al-Hilyah (1/305)]
Al-Imam Abu Amer Al-Auza’iy-rahimahullah- berkata, “Sabarkanlah dirimu di atas sunnah. Berhentilah di mana kaum itu (para sahabat) berhenti. Berucaplah dengan apa yang mereka ucapkan, tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan salafush shalehmu (pendahulumu yang shaleh). Karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka”. [HR. Al-Lalikaa’iy dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah (no.315), Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ ah (1/148)]
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ, فَاْلأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ingatlah, setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang amir (pemimpin masyarakat) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin, dan ia akan ditanya tentang rakyatnya”. [HR. Bukhari (5200) dan Muslim (4701)]
Seorang yang mau menjadi pemimpin dan penguasa, harus mengetahui betul bahwa kekuasaan adalah amanah yang amat berat dipundak, dan tanggung jawab yang amat besar di sisi Allah, sebab ia harus menunaikan hak orang banyak, dan berbuat adil kepada mereka sebagaimana halnya mereka ingin agar rakyat menunaikan tugasnya di hadapan dirinya. Sungguh tugas ini amat berat digenggam, dan amat berbahaya. Tak heran jika Panutan kita, Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengingatkan kita tentang bahayanya kekuasaan, dan orang yang memintanya.
Abdur Rahman bin Samuroh -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda kepadaku,
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ سَمُرَةَ لاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ, فَإِنَّكَ إِنْ أُوْتِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا, وَإِنْ أُوْتِيْتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
“Wahai Abdur Rahman bin Samuroh, janganlah engkau meminta kekuasaan. Karena jika kau diberi kekuasaan dari hasil meminta, maka engkau akan diserahkan kepada kekuasaan itu (yakni, dibiarkan oleh Allah & tak akan ditolong, pent.). Jika engkau diberi kekuasaan, bukan dari hasil meminta, maka engkau akan ditolong”. [HR. Al-Bukhoriy (6622, 6722, 7146, & 7147), dan Muslim (4257, & 4692)]
Abu Musa Al-Asy’ariy-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
دَخَلْتُ عَلَى النَّبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ بَنِيْ عَمِّيْ, فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمِّرْنَا عَلَى بَعْضِ مَا وَلاَّكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ, وَقَالَ الآخَرُ مِثْلَ ذَلِكَ, فَقَالَ: إِنَّا,وَاللهِ ! لاَ نُوَلِّيْ عَلَى هَذَا الْعَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ وَلاَ أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ
“Aku pernah masuk menemui Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersama dua orang sepupuku. Seorang diantara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah kami pemimpin dalam perkara yang Allah -Azza wa Jalla- berikan kepadamu. Orang kedua juga berkata demikian. Maka beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan menyerahkan pekerjaan ini kepada orang yang memintanya, dan tidak pula orang yang rakus kepadanya”. [HR. Al-Bukhoriy (7149), dan Muslim (1733)]
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
لَنْ أَوْ لاَ نَسْتَعْمِلُ عَلَى عَمَلِنَا مَنْ أَرَادَهُ
“Kami tak akan mempekerjakan dalam urusan kami orang yang menginginkannya”. [HR. Al-Bukhoriy (2261, 6923, & 7156), dan Muslim (1733)]
Seorang yang meminta kekuasaan dan rakus terhadapnya akan mengalami penyesalan, sebab ia bukan ahlinya. Kekuasaan menjadi sebuah kenikmatan sementara, sedang kesusahan dan tanggung jawab akan menanti di Padang Mahsyar.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُوْنُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ, فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ
“Sesungguhnya kalian kelak akan rakus terhadap kekuasaan, dan kekuasan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Kekuasaan adalah sebaik-baik penetek(yakni, awalnya penuh kelezatan dan kenikmatan, pent.), dan sejelek-jelek penyapih (yakni, di akhirnya, saat terjadi kudeta, dan pertanggungjawaban di hari akhir, pent.)”. [HR. Al-Bukhoriy (6729), dan An-Nasa’iy (4211 & 5385)]
Sungguh nasihat dan wejangan berharga ini seyogyanya menjadi peringatan bagi kaum muslimin tentang beratnya tanggung jawab menjadi seorang pemimpin. Hendaknya jangan berani meminta kekuasaan. Sebelum seorang diberi kekuasaan dan tanggung jawab, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan takut akan azab-Nya dengan membentengi diri mereka dengan ilmu sebelum menjadi pemimpin.
Seorang ulama’ tabi’in, Al-Ahnaf bin Qois Al-Bashriy -rahimahullah- berkata, “Umar bin Khattab pernah mengatakan kepada kami, “Pelajarilah ilmu agama sebelum kalian memegang kekuasaan”. Sufyan berkomentar, “Karena seseorang yang telah mengetahui ilmu agama, ia tidak akan berhasrat lagi mengejar kekuasaan.” [Lihat Shifatush shafwah (2/236)]
Demikian pula para salaf yang lain, mereka sangat takut jika diberi kekuasaan. Al-Miswar bin Makhromah-radhiyallahu ‘anhu- bekata, “Ketika Abdur Rahman bin Auf diberi mandat dalam majlis syura (dewan musyawarah pemilihan khalifah dari kalangan ulama yang cerdik dan pandai). Beliau adalah orang yang paling kuidamkan untuk menduduki jabatan khalifah. Kalau beliau enggan, sebaiknya Sa’ad. Tiba-tiba Amru bin Ash menjumpaiku dan berkata, “Apa kira-kira pandangan pamanmu Abdur Rahman bin Auf, kalau ia menyerahkan jabatan ini kepada orang lain, padahal dia tahu bahwa dirinya lebih baik dari orang itu?”. Aku segera menemui Abdurrahman dan menceritakan kepada beliau pertanyaan itu. Beliau lalu berkomentar, “Seandainya ada orang meletakkan pisau dileherku lalu menusuknya hingga tembus, itu lebih kusukai daripada menerima jabatan tersebut”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/87-88)].
Utsman bin Affan pernah mengeluh karena mimisan (keluar darah dari hidung), lalu beliau memanggil Humran. Beliau berkata, “Tuliskan mandat untuk Abdurrahman untuk menggantikan aku bila aku meninggal”. Maka Humran pun menuliskan mandat itu. Setelah itu, Humran datang menjumpai Abdur Rahman seraya berkata, “ Ada kabar gembira”. Abdur Rahman bertanya, “Kabar apakah itu?”. Humran berkata, “Utsman telah menuliskan mandat untuk anda sepeninggalannya”. Abdur Rahman pun segera berdiri di antara makam dan mimbar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- (yakni, di Raudhah), lalu berdo’a, “Ya Allah apabila penyerahan jabatan dari Utsman sepeninggalnya betul-betul terjadi, maka matikanlah aku sebelum itu”. Tak lebih enam bulan berselang, beliau pun wafat. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/88)]
Yazib bin Al-Muhallab ketika diangkat sebagai gubernur Khurasan, ia membuat pernyataan, “Beritahukanlah kepadaku tentang seorang laki-laki yang memiliki kepribadian yang luhur lagi sempurna”. Beliau lalu dikenalkan kepada Abu Burdah Al-Asy’ariy. Ketika Sang Gubernur menemui Abu Burdah, ia mendapatinya sebagai seorang lelaki yang memiliki keistimewaan. Ketika Abu Burdah berbicara, ternyata apa yang ia dengar dari ucapannya lebih baik dari apa yang ia lihat dari penampilannya. Sang Gubernur lantas berkata, “Aku akan menugaskanmu untuk urusan ini dan ini, yang termasuk dalam kekuasaanku”. Abu Burdah meminta maaf karena tidak bisa menerimanya. Namun Sang Gubernur tidak menerima alasannya. Akhirnya Abu Bardah pun berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan oleh ayahku? Bahwa ia pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda”. Gubernur berkata, “Sampaikanlah”. Abu Bardah berkata, “Sesungguhnya Ayahku (Abu Musa Al-‘Asy’ariy) telah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:
“Barang siapa yang ditugaskan untuk memikul suatu pekerjaan yang dia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam pekerjaan tersebut, bersiap-siaplah ia masuk ke dalam neraka”.
Aku bersaksi wahai Gubernur, “Bahwa aku bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam urusan yang anda tawarkan”. Sang Gubernur justru berkata, “Dengan ucapanmu itu, kamu justru membuat kami makin berhasrat dan senang menaruh kepercayaan kepadamu. Laksanakanlah dengan segala tugas-tugasmu. Kami tidak bisa menerima alasanmu”. Maka lelaki itu pun menjalankan tugasnya di antara mereka selama beberapa waktu. Lalu ia meminta ijin untuk dapat menemui Gubernur, dan ia diijinkan. Lalu ia berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan ayahku kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “terlaknatlah orang yang meminta atas nama Allah. Terlaknatlah orang yang diminta atas nama Allah, lalu tidak mengabulkan permintaan si peminta, selama ia (si peminta) tidak meminta perkara yang memutuskan persaudaraan”.
Sekarang aku minta atas nama Allah untuk tidak menjalankan tugas lagi, dan memaafkan saya atas pekerjaan yang telah saya lakukan.” Maka sang Gubernur pun menerima alasannya. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (4/345)]
Sufyan berkata, “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita bisa dapati orang zuhud dalam hal makanan, minuman, harta, dan pakaian, namun kalau kita berikan kepadanya kekuasaan, ia akan mempertahankannya dan berani bermusuhan membelanya”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (7/262)]
Itulah sebagian dari nasihat dan mutiara hikmah dan petuah salafush shaleh yang tinggi mutunya, mahal harganya, dan besar faedahnya. Kalimat yang muncul dari lisan generasi terbaik umat ini. Yakni sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in -radhiyallahu anhum-.
Allah -Ta’ala- berfirman ketika memuji mereka,
“Orang-orang yang terduhulu lagi pertama dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah dan Dia menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar”. ( QS. At-Taubah: 100)
Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini, “Allah mengabarkan tentang ridhonya kepada orang-orang beriman dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta keridhoan mereka kepada Allah. Dengan apa yang Allah telah siapkan mereka berupa surga-surga yang nikmat dan kenikmatan yang abadi [Lihat Tafsir Al-Qur’anil Adzim (2/398)]
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah di zamanku, kemudian setelahnya (tabi’in), kemudian setelahnya (tabi’ut-tabi’in)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Asy-Syahadat (2509), dan Muslim dalam Fadho’il Ash-Shohabah (2533)]
Ayat dan hadits di atas menjelaskan kepada kita tentang keutamaan dan kedudukan yang agung yang telah diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik. Karena itu, hendaknya kita menjadikan mereka sebagai panutan dan suri teladan yang baik. Merekalah yang dikenal dengan “Salafush Sholih” (Pendahulu yang Baik)
Alangkah indahnya ucapan Abdullah bin Mas’ud-radhiyallahu ‘anhu-, “Barangsiapa yang ingin mengambil teladan maka hendaklah ia mengambil teladan pada orang yang telah meninggal (yakni, para sahabat), sebab orang yang masih hidup tidaklah aman dari ujian. Mereka adalah para sahabat nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, mereka adalah manusia terbaik umat ini, yang paling bagus hatinya, yang paling dalam ilmunya, dan paling sedikit membebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka! Ikutilah jalan mereka, dan berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka berada pada petunjuk yang lurus [HR. Abu Nua’im dalam Al-Hilyah (1/305)]
Al-Imam Abu Amer Al-Auza’iy-rahimahullah- berkata, “Sabarkanlah dirimu di atas sunnah. Berhentilah di mana kaum itu (para sahabat) berhenti. Berucaplah dengan apa yang mereka ucapkan, tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan salafush shalehmu (pendahulumu yang shaleh). Karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka”. [HR. Al-Lalikaa’iy dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah (no.315), Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ ah (1/148)]
Label:
motivasi
Teman, Marilah Kita Tapaki Tangga Surga, bersama,,:)
Oleh Ummu Hilma
Suatu hari seorang teman berkata sambil matanya berkaca, “Alhamdulillah, sekitar sepekan ini aku telah meninggalkan maksiat yang telah mencanduku sekian lama, dan sekitar sepekan pula aku menggantinya dengan amal kebaikan, diantaranya mensedekahkan sebagian hartaku dijalan-Nya setiap hari. Ketenteraman menyelimuti kalbuku, tiada tara indahnya. Inilah manisnya iman yang kuidamkan. Doakan agar aku istiqamah menitinya, ya..”
Allaahu Akbar! Walillaahi ilhamd..
Teman, setiap diri kita mendapatkan anugerah dari Allah berupa nafsu. Ia ditakdirkan selalu bersama kita. Nafsu tidak mungkin kita bunuh, tetapi ia juga tak layak kita umbar bahkan selalu kita turuti. Ia seharusnya kita kendalikan, agar berjalan seiring aturan. Bersyukurlah atas anugerah nafsu ini. Karena ia tak diberikan kepada para malaikat. Karenanya, kita berpeluang menjadi hamba yang lebih mulia di sisi-Nya. Tentu, salah satunya dikarenakan kecerdikan dan kecerdasan kita dalam mengendalikannya.
Ya, kita bukanlah malaikat, yang hanya Allah anugerahkan akal padanya. Sehingga senantiasa patuh dan taat kepada Rabbnya tanpa muncul keinginan untuk membantah. Sehingga selalu beribadah siang malam, tanpa ada perasaan bosan. Tetapi kita juga bukanlah binatang, yang hanya ada nafsu di kepalanya, yang dalam hidupnya hanya sekedar untuk makan, tidur, dan berkembangbiak. Kita punya keduanya, teman. Yakni nafsu dan akal. Subhanallah.. Jika manusia sukses menyeimbangkan kedua anugerah ini, ia benar-benar menjadi manusia yang beruntung. Karena itu teman, janganlah kita berlama-lama berputar dalam lingkaran kemaksiatan. Berhentilah sesegera mungkin, dan tinggalkanlah.. Maka akan kita rasakan manisnya iman yang sesungguhnya.
Wahai teman, kemaksiatan sekecil apapun tetaplah kemaksiatan, dan dosa sekecil apapun tetaplah dosa. Janganlah kita melihat besar kecilnya dosa yang kita lakukan, tetapi lihatlah betapa besarnya Dzat yang kita tentang. Allah adalah Hakim Yang Maha Adil. Barangsiapa melakukan kebaikan sebesar biji sawi pun, Allah akan membalasnya. Begitu juga yang melakukan kemaksiatan walaupun hanya sebesar biji sawi, pasti Ia akan memberi balasan yang sepadan. Masalahnya, kita tidak pernah tahu bagaimana cara Allah mengganjar kemaksiatan kita.
Itulah teman, dosa dan kemaksiatan sekecil apapun yang dilakukan terus-menerus akan berakibat adiksi/kecanduan. Ia tidak hanya kenikmatan yang semu belaka, tetapi penuh kehampaan, belenggu dan ketersiksaan. Kenikmatan yang ada di dalam candu kemaksiatan membuat kita terlena, hingga seringkali kita tak kuasa untuk berhenti dan keluar darinya. Ibnul Jauzi menasehatkan pada kita, “Para pelaku maksiat yang terlena, ibarat para pembangkang. Hawa nafsu mereka telah menghalangi diri mereka untuk berpikir normal, hingga mereka sendiri tak memahami apa yang sebenarnya mereka lakukan. Yang ada dalam benaknya cuma satu: memuaskan syahwat!” Jika sudah demikian, akal dan mata hati kita akan benar-benar buta. Ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua tampak abu-abu, bahkan gelap sama sekali. Na’udzubillah..
Teman, memang kita menyesal setelah sesaat menyadari apa yang baru saja kita lakukan. Yakni keterlanjuran berbuat maksiat. Kemudian kita memutuskan untuk berhenti dari kemaksiatan itu. Bagus. Hanya saja, betapa seringnya kita hanya mampu berhenti pada tangga itu saja. Pada titik itu saja. Tak ada ikhtiar yang lebih untuk tak hanya sekedar berhenti, kemudian meninggalkannya dan menggantinya dengan amal shalih yang berarti. Akibatnya, setiap ada kesempatan, kembali kita melakukan kesalahan yang sama. Berulang dan terus berulang.
Dan memang benar, pada saat sedang bermaksiat, pada saat itu pula telah kita tanggalkan keimanan kita.
Maka teman, coba kita teliti amalan harian kita. Apakah shalat kita sudah sempurna, atau ternyata masih ada kekurangan di sana sini, sehingga ia tidak menjadikan kita tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Bagaimana juga dengan puasa wajib dan puasa sunnah kita, sudahkah ia menjadikan kita pribadi yang lebih bertakwa? Atau, apakah makanan yang masuk ke perut kita, serta pakaian yang kita gunakan untuk beribadah sudah jelas halalnya? Barangkali saja, dalam sarana ibadah itu ada sebagian hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan, sehingga menjadikan kurang sempurnanya ibadah kita. Tentunya ini akan berimbas pada sikap dan tingkah laku keseharian kita, teman.
Allah berfirman, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Ankabut:45)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(Al Baqarah:183)
Dan lagi, mari kita bersama melihat ke dalam hati kita, dan kita teliti kembali diri kita. Sudahkan kita senantiasa berupaya menjaga keikhlasan hati saat beribadah pada-Nya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia telah sukses dan beruntung. Dan apabila shalatnya rusak, maka ia telah gagal dan merugi.”(HR. Tirmidzi)
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh.”(HR. Bukhari)
Lihatlah diri kita..
Sekarang saatnya, teman.. Berhentilah dari kecanduan maksiat, yang tak hanya dilakukan oleh orang awam saja. Ia ibarat penyakit, yang bisa menimpa siapa saja, bahkan para ulama dan para pegiat dakwah sekalipun. Karenanya, berhati-hatilah teman.. Dan jika sudah terlanjur, saatnya kita lepaskan diri dari jeratan tali kemaksiatan, kita keluar dari lingkaran kebatilan, kita angkat diri kita dari kubangan kezaliman, dan ingat, jangan hanya berhenti di tangga penyesalan saja. Dengan azzam (tekad) sekuat baja, melangkahlah terus ke anak tangga yang lebih tinggi. Lagi, lagi dan lagi.. Agar gelombang kemaksiatan tak lagi mampu menyeret kita untuk kembali ke arus yang lebih deras. Melainkan, justeru akan kita temukan gelombang cahaya yang mengantarkan kita pada zona amal shalih, yang penuh dengan kelezatan dan kemanisan iman.
Kukatakan, "Diri ini juga butuh doamu, teman.. Seharusnyalah kita saling mengingatkan dan saling menguatkan, agar kelak bisa memetik dan merasakan manisnya buah iman yang lebih hakiki, di surga-Nya.."
Suatu hari seorang teman berkata sambil matanya berkaca, “Alhamdulillah, sekitar sepekan ini aku telah meninggalkan maksiat yang telah mencanduku sekian lama, dan sekitar sepekan pula aku menggantinya dengan amal kebaikan, diantaranya mensedekahkan sebagian hartaku dijalan-Nya setiap hari. Ketenteraman menyelimuti kalbuku, tiada tara indahnya. Inilah manisnya iman yang kuidamkan. Doakan agar aku istiqamah menitinya, ya..”
Allaahu Akbar! Walillaahi ilhamd..
Teman, setiap diri kita mendapatkan anugerah dari Allah berupa nafsu. Ia ditakdirkan selalu bersama kita. Nafsu tidak mungkin kita bunuh, tetapi ia juga tak layak kita umbar bahkan selalu kita turuti. Ia seharusnya kita kendalikan, agar berjalan seiring aturan. Bersyukurlah atas anugerah nafsu ini. Karena ia tak diberikan kepada para malaikat. Karenanya, kita berpeluang menjadi hamba yang lebih mulia di sisi-Nya. Tentu, salah satunya dikarenakan kecerdikan dan kecerdasan kita dalam mengendalikannya.
Ya, kita bukanlah malaikat, yang hanya Allah anugerahkan akal padanya. Sehingga senantiasa patuh dan taat kepada Rabbnya tanpa muncul keinginan untuk membantah. Sehingga selalu beribadah siang malam, tanpa ada perasaan bosan. Tetapi kita juga bukanlah binatang, yang hanya ada nafsu di kepalanya, yang dalam hidupnya hanya sekedar untuk makan, tidur, dan berkembangbiak. Kita punya keduanya, teman. Yakni nafsu dan akal. Subhanallah.. Jika manusia sukses menyeimbangkan kedua anugerah ini, ia benar-benar menjadi manusia yang beruntung. Karena itu teman, janganlah kita berlama-lama berputar dalam lingkaran kemaksiatan. Berhentilah sesegera mungkin, dan tinggalkanlah.. Maka akan kita rasakan manisnya iman yang sesungguhnya.
Wahai teman, kemaksiatan sekecil apapun tetaplah kemaksiatan, dan dosa sekecil apapun tetaplah dosa. Janganlah kita melihat besar kecilnya dosa yang kita lakukan, tetapi lihatlah betapa besarnya Dzat yang kita tentang. Allah adalah Hakim Yang Maha Adil. Barangsiapa melakukan kebaikan sebesar biji sawi pun, Allah akan membalasnya. Begitu juga yang melakukan kemaksiatan walaupun hanya sebesar biji sawi, pasti Ia akan memberi balasan yang sepadan. Masalahnya, kita tidak pernah tahu bagaimana cara Allah mengganjar kemaksiatan kita.
Itulah teman, dosa dan kemaksiatan sekecil apapun yang dilakukan terus-menerus akan berakibat adiksi/kecanduan. Ia tidak hanya kenikmatan yang semu belaka, tetapi penuh kehampaan, belenggu dan ketersiksaan. Kenikmatan yang ada di dalam candu kemaksiatan membuat kita terlena, hingga seringkali kita tak kuasa untuk berhenti dan keluar darinya. Ibnul Jauzi menasehatkan pada kita, “Para pelaku maksiat yang terlena, ibarat para pembangkang. Hawa nafsu mereka telah menghalangi diri mereka untuk berpikir normal, hingga mereka sendiri tak memahami apa yang sebenarnya mereka lakukan. Yang ada dalam benaknya cuma satu: memuaskan syahwat!” Jika sudah demikian, akal dan mata hati kita akan benar-benar buta. Ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua tampak abu-abu, bahkan gelap sama sekali. Na’udzubillah..
Teman, memang kita menyesal setelah sesaat menyadari apa yang baru saja kita lakukan. Yakni keterlanjuran berbuat maksiat. Kemudian kita memutuskan untuk berhenti dari kemaksiatan itu. Bagus. Hanya saja, betapa seringnya kita hanya mampu berhenti pada tangga itu saja. Pada titik itu saja. Tak ada ikhtiar yang lebih untuk tak hanya sekedar berhenti, kemudian meninggalkannya dan menggantinya dengan amal shalih yang berarti. Akibatnya, setiap ada kesempatan, kembali kita melakukan kesalahan yang sama. Berulang dan terus berulang.
Dan memang benar, pada saat sedang bermaksiat, pada saat itu pula telah kita tanggalkan keimanan kita.
Maka teman, coba kita teliti amalan harian kita. Apakah shalat kita sudah sempurna, atau ternyata masih ada kekurangan di sana sini, sehingga ia tidak menjadikan kita tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Bagaimana juga dengan puasa wajib dan puasa sunnah kita, sudahkah ia menjadikan kita pribadi yang lebih bertakwa? Atau, apakah makanan yang masuk ke perut kita, serta pakaian yang kita gunakan untuk beribadah sudah jelas halalnya? Barangkali saja, dalam sarana ibadah itu ada sebagian hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan, sehingga menjadikan kurang sempurnanya ibadah kita. Tentunya ini akan berimbas pada sikap dan tingkah laku keseharian kita, teman.
Allah berfirman, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Ankabut:45)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(Al Baqarah:183)
Dan lagi, mari kita bersama melihat ke dalam hati kita, dan kita teliti kembali diri kita. Sudahkan kita senantiasa berupaya menjaga keikhlasan hati saat beribadah pada-Nya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia telah sukses dan beruntung. Dan apabila shalatnya rusak, maka ia telah gagal dan merugi.”(HR. Tirmidzi)
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh.”(HR. Bukhari)
Lihatlah diri kita..
Sekarang saatnya, teman.. Berhentilah dari kecanduan maksiat, yang tak hanya dilakukan oleh orang awam saja. Ia ibarat penyakit, yang bisa menimpa siapa saja, bahkan para ulama dan para pegiat dakwah sekalipun. Karenanya, berhati-hatilah teman.. Dan jika sudah terlanjur, saatnya kita lepaskan diri dari jeratan tali kemaksiatan, kita keluar dari lingkaran kebatilan, kita angkat diri kita dari kubangan kezaliman, dan ingat, jangan hanya berhenti di tangga penyesalan saja. Dengan azzam (tekad) sekuat baja, melangkahlah terus ke anak tangga yang lebih tinggi. Lagi, lagi dan lagi.. Agar gelombang kemaksiatan tak lagi mampu menyeret kita untuk kembali ke arus yang lebih deras. Melainkan, justeru akan kita temukan gelombang cahaya yang mengantarkan kita pada zona amal shalih, yang penuh dengan kelezatan dan kemanisan iman.
Kukatakan, "Diri ini juga butuh doamu, teman.. Seharusnyalah kita saling mengingatkan dan saling menguatkan, agar kelak bisa memetik dan merasakan manisnya buah iman yang lebih hakiki, di surga-Nya.."
Label:
motivasi
masih terlalu banyak yang harus disyukuri,,
Punya pendidikan tinggi merupakan impian tiap orang. Tapi, bagaimana jika kemiskinan terus menghadang. Jangankan untuk biaya kuliah, buat makan saja susah.
Berikut ini penelusuran dan wawancara Eramuslim dengan seorang pemulung yang kini bisa terus kuliah di jurusan akuntansi di Pamulang, Tangerang. Mahasiswi berjilbab itu bernama Ming Ming Sari Nuryanti.
Sudah berapa lama Ming Ming jadi pemulung?
Sejak tahun 2004. Waktu itu mau masuk SMU. Karena penghasilan ayah semakin tidak menentu, kami sekeluarga menjadi pemulung.
Sekeluarga?
Iya. Setiap hari, saya, ayah, ibu, dan lima adik saya berjalan selama 3 sampai 4 jam mencari gelas mineral, botol mineral bekas, dan kardus. Kecuali adik yang baru kelas 2 SD yang tidak ikut.
Tempat tinggal Ming Ming berada di perbatasan antara Bogor dan Tangerang. Tepatnya di daerah Rumpin. Dari Serpong kurang lebih berjarak 40 kilometer. Kawasan itu terkenal dengan tempat penggalian pasir, batu kali, dan bahan bangunan lain. Tidak heran jika sepanjang jalan itu kerap dipadati truk dan suasana jalan yang penuh debu. Di sepanjang jalan itulah keluarga pemulung ini memunguti gelas dan botol mineral bekas dengan menggunakan karung.
Tiap hari, mereka berangkat sekitar jam 2 siang. Pilihan jam itu diambil karena Ming Ming dan adik-adik sudah pulang dari sekolah. Selain itu, bertepatan dengan jam berangkat sang ayah menuju tempat kerja di kawasan Ancol.
Setelah berjalan selama satu setengah sampai dua jam, sang ayah pun naik angkot menuju tempat kerja. Kemudian, ibu dan enam anak itu pun kembali menuju rumah. Sepanjang jalan pergi pulang itulah, mereka memunguti gelas dan botol mineral bekas.
Berapa banyak hasil yang bisa dipungut?
Nggak tentu. Kadang-kadang dapat 3 kilo. Kadang-kadang, nggak nyampe sekilo. Kalau cuaca hujan bisa lebih parah. Tapi, rata-rata per hari sekitar 2 kiloan.
Kalau dirupiahkan?
Sekilo harganya 5 ribu. Jadi, per hari kami dapat sekitar 10 ribu rupiah.
Apa segitu cukup buat 9 orang per hari?
Ya dicukup-cukupin. Alhamdulillah, kan ada tambahan dari penghasilan ayah. Walau tidak menentu, tapi lumayan buat keperluan hidup.
***
Ming Ming menjelaskan bahwa uang yang mereka dapatkan per hari diprioritaskan buat makan adik-adik dan biaya sekolah mereka. Sementara Ming Ming sendiri sudah terbiasa hanya makan sekali sehari. Terutama di malam hari.
Selain itu, mereka tidak dibingungkan dengan persoalan kontrak rumah. Karena selama ini mereka tinggal di lahan yang pemiliknya masih teman ayah Ming Ming. Di tempat itulah, mereka mendirikan gubuk sederhana yang terbuat dari barang-barang bekas yang ada di sekitar.
Berapa hari sekali, pengepul datang ke rumah Ming Ming untuk menimbang dan membayar hasil pungutan mereka.
Kalau lagi beruntung, mereka bisa dapat gelas dan botol air mineral bekas di tempat pesta pernikahan atau sunatan. Sayangnya, mereka harus menunggu acara selesai. Menunggu acara pesta itu biasanya antara jam 9 malam sampai jam 2 pagi. Selama 5 jam itu, Ming Ming sebagai anak sulung, ibu dan dua adiknya berkantuk-kantuk di tengah keramaian dan hiruk pikuk pesta.
Kalau di hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, keluarga pemulung ini juga punya kebiasaan yang berbeda dengan keluarga lain. Mereka tidak berkeliling kampung, berwisata, dan silaturahim ke handai taulan. Mereka justru memperpanjang rute memulung, karena biasanya di hari raya itu, barang-barang yang mereka cari tersedia lebih banyak dari hari-hari biasa.
Ming Ming tidak malu jadi pemulung?
Awalnya berat sekali. Apalagi jalan yang kami lalui biasa dilalui teman-teman sekolah saya di SMU N 1 Rumpin. Tapi, karena tekad untuk bisa membiayai sekolah dan cinta saya dengan adik-adik, saya jadi biasa. Nggak malu lagi.
Dari mana Ming Ming belajar Islam?
Sejak di SMU. Waktu itu, saya ikut rohis. Di rohis itulah, saya belajar Islam lewat mentoring seminggu sekali yang diadakan sekolah.
Ketika masuk kuliah, saya ikut rohis. Alhamdulillah, di situlah saya bisa terus belajar Islam.
Orang tua tidak masalah kalau Ming Ming memakai busana muslimah?
Alhamdulillah, nggak. Mereka welcome saja. Bahkan sekarang, lima adik perempuan saya juga sudah pakai jilbab.
***
Walau sudah mengenakan busana muslimah dengan jilbab yang lumayan panjang, Ming Ming dan adik-adik tidak merasa risih untuk tetap menjadi pemulung. Mereka biasa membawa karung, memunguti gelas dan botol air mineral bekas, juga kardus. Bahkan, Ming Ming pun sudah terbiasa menumpang truk. Walaupun, ia harus naik di belakang.
Ming Ming kuliah di mana?
Di Universitas Pamulang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi S1.
Maaf, apa cukup pendapatan Ming Ming untuk biaya kuliah?
Jelas nggak. Tapi, buat saya, kemiskinan itu ujian dari Allah supaya kita bisa sabar dan istiqamah. Dengan tekad itu, saya yakin bisa terus kuliah.
Walaupun, di semester pertama, saya nyaris keluar. Karena nggak punya uang buat biaya satu semester yang jumlahnya satu juta lebih. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah semuanya bisa terbayar.
***
Di awal-awal kuliah, muslimah kelahiran tahun 90 ini memang benar-benar melakukan hal yang bisa dianggap impossible. Tanpa uang memadai, ia bertekad kuat bisa masuk kuliah.
Ketika berangkat kuliah, sang ibu hanya memberikan ongkos ke Ming Ming secukupnya. Artinya, cuma ala kadarnya. Setelah dihitung-hitung, ongkos hanya cukup untuk pergi saja. Itu pun ada satu angkot yang tidak masuk hitungan alias harus jalan kaki. Sementara pulang, ia harus memutar otak supaya bisa sampai ke rumah. Dan itu ia lakukan setiap hari.
Sebagai gambaran, jarak antara kampus dan rumah harus ditempuh Ming Ming dengan naik empat kali angkot. Setiap angkot rata-rata menarik tarif untuk jarak yang ditempuh Ming Ming sekitar 3 ribu rupiah. Kecuali satu angkot di antara empat angkot itu yang menarik tarif 5 ribu rupiah. Karena jarak tempuhnya memang maksimal. Jadi, yang mesti disiapkan Ming Ming untuk sekali naik sekitar 14 ribu rupiah.
Di antara trik Ming Ming adalah ia pulang dari kuliah dengan berjalan kaki sejauh yang ia kuat. Sambil berjalan pulang itulah, Ming Ming mengeluarkan karung yang sudah ia siapkan. Sepanjang jalan dari Pamulang menuju Serpong, ia melepas status kemahasiswaannya dan kembali menjadi pemulung.
Jadi, jangankan kebayang untuk jajan, makan siang, dan nongkrong seperti mahasiswa kebanyakan; bisa sampai ke rumah saja bingungnya bukan main.
Sekarang apa Ming Ming masih pulang pergi dari kampus ke rumah dan menjadi pemulung sepulang kuliah?
Saat ini, alhamdulillah, saya dan teman-teman UKM Muslim (Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim) sudah membuat unit bisnis. Di antaranya, toko muslim. Dan saya dipercayakan teman-teman sebagai penjaga toko.
Seminggu sekali saya baru pulang. Kalau dihitung-hitung, penghasilannya hampir sama.
Jadi Ming Ming tidak jadi pemulung lagi?
Tetap jadi pemulung. Kalau saya pulang ke rumah, saya tetap memanfaatkan perjalanan pulang dengan mencari barang bekas. Bahkan, saya ingin sekali mengembangkan bisnis pemulung keluarga menjadi tingkatan yang lebih tinggi. Yaitu, menjadi bisnis daur ulang. Dan ini memang butuh modal lumayan besar.
Cita-cita Ming Ming?
Saya ingin menjadi da'i di jalan Allah. Dalam artian, dakwah yang lebih luas. Bukan hanya ngisi ceramah, tapi ingin mengembangkan potensi yang saya punya untuk berjuang di jalan Allah. (MN)
Berikut ini penelusuran dan wawancara Eramuslim dengan seorang pemulung yang kini bisa terus kuliah di jurusan akuntansi di Pamulang, Tangerang. Mahasiswi berjilbab itu bernama Ming Ming Sari Nuryanti.
Sudah berapa lama Ming Ming jadi pemulung?
Sejak tahun 2004. Waktu itu mau masuk SMU. Karena penghasilan ayah semakin tidak menentu, kami sekeluarga menjadi pemulung.
Sekeluarga?
Iya. Setiap hari, saya, ayah, ibu, dan lima adik saya berjalan selama 3 sampai 4 jam mencari gelas mineral, botol mineral bekas, dan kardus. Kecuali adik yang baru kelas 2 SD yang tidak ikut.
Tempat tinggal Ming Ming berada di perbatasan antara Bogor dan Tangerang. Tepatnya di daerah Rumpin. Dari Serpong kurang lebih berjarak 40 kilometer. Kawasan itu terkenal dengan tempat penggalian pasir, batu kali, dan bahan bangunan lain. Tidak heran jika sepanjang jalan itu kerap dipadati truk dan suasana jalan yang penuh debu. Di sepanjang jalan itulah keluarga pemulung ini memunguti gelas dan botol mineral bekas dengan menggunakan karung.
Tiap hari, mereka berangkat sekitar jam 2 siang. Pilihan jam itu diambil karena Ming Ming dan adik-adik sudah pulang dari sekolah. Selain itu, bertepatan dengan jam berangkat sang ayah menuju tempat kerja di kawasan Ancol.
Setelah berjalan selama satu setengah sampai dua jam, sang ayah pun naik angkot menuju tempat kerja. Kemudian, ibu dan enam anak itu pun kembali menuju rumah. Sepanjang jalan pergi pulang itulah, mereka memunguti gelas dan botol mineral bekas.
Berapa banyak hasil yang bisa dipungut?
Nggak tentu. Kadang-kadang dapat 3 kilo. Kadang-kadang, nggak nyampe sekilo. Kalau cuaca hujan bisa lebih parah. Tapi, rata-rata per hari sekitar 2 kiloan.
Kalau dirupiahkan?
Sekilo harganya 5 ribu. Jadi, per hari kami dapat sekitar 10 ribu rupiah.
Apa segitu cukup buat 9 orang per hari?
Ya dicukup-cukupin. Alhamdulillah, kan ada tambahan dari penghasilan ayah. Walau tidak menentu, tapi lumayan buat keperluan hidup.
***
Ming Ming menjelaskan bahwa uang yang mereka dapatkan per hari diprioritaskan buat makan adik-adik dan biaya sekolah mereka. Sementara Ming Ming sendiri sudah terbiasa hanya makan sekali sehari. Terutama di malam hari.
Selain itu, mereka tidak dibingungkan dengan persoalan kontrak rumah. Karena selama ini mereka tinggal di lahan yang pemiliknya masih teman ayah Ming Ming. Di tempat itulah, mereka mendirikan gubuk sederhana yang terbuat dari barang-barang bekas yang ada di sekitar.
Berapa hari sekali, pengepul datang ke rumah Ming Ming untuk menimbang dan membayar hasil pungutan mereka.
Kalau lagi beruntung, mereka bisa dapat gelas dan botol air mineral bekas di tempat pesta pernikahan atau sunatan. Sayangnya, mereka harus menunggu acara selesai. Menunggu acara pesta itu biasanya antara jam 9 malam sampai jam 2 pagi. Selama 5 jam itu, Ming Ming sebagai anak sulung, ibu dan dua adiknya berkantuk-kantuk di tengah keramaian dan hiruk pikuk pesta.
Kalau di hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, keluarga pemulung ini juga punya kebiasaan yang berbeda dengan keluarga lain. Mereka tidak berkeliling kampung, berwisata, dan silaturahim ke handai taulan. Mereka justru memperpanjang rute memulung, karena biasanya di hari raya itu, barang-barang yang mereka cari tersedia lebih banyak dari hari-hari biasa.
Ming Ming tidak malu jadi pemulung?
Awalnya berat sekali. Apalagi jalan yang kami lalui biasa dilalui teman-teman sekolah saya di SMU N 1 Rumpin. Tapi, karena tekad untuk bisa membiayai sekolah dan cinta saya dengan adik-adik, saya jadi biasa. Nggak malu lagi.
Dari mana Ming Ming belajar Islam?
Sejak di SMU. Waktu itu, saya ikut rohis. Di rohis itulah, saya belajar Islam lewat mentoring seminggu sekali yang diadakan sekolah.
Ketika masuk kuliah, saya ikut rohis. Alhamdulillah, di situlah saya bisa terus belajar Islam.
Orang tua tidak masalah kalau Ming Ming memakai busana muslimah?
Alhamdulillah, nggak. Mereka welcome saja. Bahkan sekarang, lima adik perempuan saya juga sudah pakai jilbab.
***
Walau sudah mengenakan busana muslimah dengan jilbab yang lumayan panjang, Ming Ming dan adik-adik tidak merasa risih untuk tetap menjadi pemulung. Mereka biasa membawa karung, memunguti gelas dan botol air mineral bekas, juga kardus. Bahkan, Ming Ming pun sudah terbiasa menumpang truk. Walaupun, ia harus naik di belakang.
Ming Ming kuliah di mana?
Di Universitas Pamulang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi S1.
Maaf, apa cukup pendapatan Ming Ming untuk biaya kuliah?
Jelas nggak. Tapi, buat saya, kemiskinan itu ujian dari Allah supaya kita bisa sabar dan istiqamah. Dengan tekad itu, saya yakin bisa terus kuliah.
Walaupun, di semester pertama, saya nyaris keluar. Karena nggak punya uang buat biaya satu semester yang jumlahnya satu juta lebih. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah semuanya bisa terbayar.
***
Di awal-awal kuliah, muslimah kelahiran tahun 90 ini memang benar-benar melakukan hal yang bisa dianggap impossible. Tanpa uang memadai, ia bertekad kuat bisa masuk kuliah.
Ketika berangkat kuliah, sang ibu hanya memberikan ongkos ke Ming Ming secukupnya. Artinya, cuma ala kadarnya. Setelah dihitung-hitung, ongkos hanya cukup untuk pergi saja. Itu pun ada satu angkot yang tidak masuk hitungan alias harus jalan kaki. Sementara pulang, ia harus memutar otak supaya bisa sampai ke rumah. Dan itu ia lakukan setiap hari.
Sebagai gambaran, jarak antara kampus dan rumah harus ditempuh Ming Ming dengan naik empat kali angkot. Setiap angkot rata-rata menarik tarif untuk jarak yang ditempuh Ming Ming sekitar 3 ribu rupiah. Kecuali satu angkot di antara empat angkot itu yang menarik tarif 5 ribu rupiah. Karena jarak tempuhnya memang maksimal. Jadi, yang mesti disiapkan Ming Ming untuk sekali naik sekitar 14 ribu rupiah.
Di antara trik Ming Ming adalah ia pulang dari kuliah dengan berjalan kaki sejauh yang ia kuat. Sambil berjalan pulang itulah, Ming Ming mengeluarkan karung yang sudah ia siapkan. Sepanjang jalan dari Pamulang menuju Serpong, ia melepas status kemahasiswaannya dan kembali menjadi pemulung.
Jadi, jangankan kebayang untuk jajan, makan siang, dan nongkrong seperti mahasiswa kebanyakan; bisa sampai ke rumah saja bingungnya bukan main.
Sekarang apa Ming Ming masih pulang pergi dari kampus ke rumah dan menjadi pemulung sepulang kuliah?
Saat ini, alhamdulillah, saya dan teman-teman UKM Muslim (Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim) sudah membuat unit bisnis. Di antaranya, toko muslim. Dan saya dipercayakan teman-teman sebagai penjaga toko.
Seminggu sekali saya baru pulang. Kalau dihitung-hitung, penghasilannya hampir sama.
Jadi Ming Ming tidak jadi pemulung lagi?
Tetap jadi pemulung. Kalau saya pulang ke rumah, saya tetap memanfaatkan perjalanan pulang dengan mencari barang bekas. Bahkan, saya ingin sekali mengembangkan bisnis pemulung keluarga menjadi tingkatan yang lebih tinggi. Yaitu, menjadi bisnis daur ulang. Dan ini memang butuh modal lumayan besar.
Cita-cita Ming Ming?
Saya ingin menjadi da'i di jalan Allah. Dalam artian, dakwah yang lebih luas. Bukan hanya ngisi ceramah, tapi ingin mengembangkan potensi yang saya punya untuk berjuang di jalan Allah. (MN)
Label:
motivasi